Selasa, 14 April 2015

PENGERTIAN ILMU PENDIDIKAN

A.      SUBSTANSI DAN STRUKTUR ILMU PENDIDIKAN
Menurut May Brodbeck dalam Logical and Scientific Method in Research, yang dimuat dalam Handbook of Research on Teaching, setiap ilmu berisi sejumlah besar istilah yang disebut konsep, yang tidak lain merupakan apa yang kita pikirkan berdasarkan pengalaman (Novak: 18 dan Brodbeck: 48). Dengan demikian, unsur yang menjadi isi setiap ilmu termasuk Ilmu Pendidikan, adalah konsep. Keseluruhan konsep yang menjadi isi sebuah ilmu ditata secara sistematis menjadi satu kesatuan. Sekelompok konsep yang berkenaan dengan sekelompok hal, yang merupakan satu kesatuan disebut skema konseptual.
Isi sebuah konsep baru jelas, apabila konsep tersebut didefinisikan. Definisi adalah pernyataan tersurat tentang makna atau arti yang terkandung dalam sebuah istilah atau konsep. Apabila ditinjau dari sudut bentuk pernyataannya, definisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu (1) definisi konotatif, dan (2) definisi denotatif. Definisi konotatif adalah definisi yang menyatakan secara terdurat tentang isi pengertian yang terkandung dalam istilah atau konsep yang didefinisikan. Isi pengertian adalah sifat atau sifat-sifat yang menjadi ciri utama dari makna yang tekandung dalam istilah atau konsep.
Pada garis besarnya definisi konotatif dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu (1) definisi leksikal atau definisi kamus, dan (2)  definisi stipulatif atau definisi yang menyebutkan persyaratan-persyaratan yang menjadi makna. Definisi kamus adalah definisi yang menyatakan secara tersurat  makna yang biasa digunakan khalayak ramai sehari-hari. Misalnya, mendidik adalah memelihara dan member latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indnesia, hlm. 206).
Definisi Stipulatif adalah definisi konotatif yang menyebutkan satu per satu atau menuntut syarat-syarat apa yang menjadi ciri dari konsep-konsep yang didefinisikan. Misalnya, Pemerintah melalui UU No. 2 Tahun 1989 menetapkan syarat-syarat akademi sebagai salah satu bentuk perguruan tinggi.
Definisi denotatif adalah definisi yang menyatakan secara tersurat luas pengertian dari istilah atau konsep yang didefinisikan. Luas pengertian adalah hal-hal yang merupakan bagian kelas dari konsep yang didefiniskan. Cara atau teknik mendefinisikan konsep secara denotatif adalah dengan jalan menyebutkan keseluruhan bagian atau salah satu bagian yang termasuk dalam kelas dari konsep yang didefinisikan.
Bentuk Isi Ilmu Pendidikan, seperti juga ilmu pada umumnya, terdiri atas (1) generalisasi-generalisasi, (2) hukum-hukum atau prinsip-prinsip, (3) teori-teori. Generalisasi adalah kesimpulan umum yang ditarik berdasarkan hal-hal khusus. Misalnya, penelitian Kamla tentang “Perbedaan antara Guru-guru yang Efektif dan Tidak Efektif” (1978), disertai peringkat (dalam bentuk angka di dalam kurung) yang menghasilkan generalisasi-generalisasi sebagai berikut: Karakteristik-karakteristik pribadi, professional, dan akademik yang sangat mempengaruhi semua guru sekolah menengah.
Bentuk isi Ilmu Pendidikan yang kedua adalah hukum atau prinsip. Misalnya, Thorndike dalam Educational Psychology mengemukakan ada tiga hukum utama dan hokum penting dalam belajar. Ketiga hukum utama tersebut, yaitu (1) Hukum Akibat (the law of effect), (2) Hukum Latihan (the law of exercise) dan (3) Hukum Kesiapan (the law of readiness).
Bentuk isi Ilmu Pendidikan yang ketiga adalah teori, Menurut tingkatanny, teori-teori dalam Ilmu-ilmu Sosial, dapat dibedakan menjadi tiga macam tingkatan, yaitu (1) Teori Induk dan Model-Model Teoritis yang berhubungan atau grand theory and related theorical models, (2) Teori Formal dan Tingkat Menengah atau formal and middle range theory, dan (3) Teori Substantif atau substantive theory (Goetz & Lecomte: 36).
Dalam pendidikan, misalnya kita mengenal ada empat model mengajar, yaitu (1) model interaksi sosial, (2) model pemrosesan informasi, (3) model pengembangan pribadi, (4) model perubahan tingah laku. Menurut Osipow, dan kawan-kawan, dalam A Survey of Counseling Methods(1980:52) ada lima macam model pokok dalam conseling, yaitu (1) pendekatan perseptual, (2) pendekatan eksistensial, (3) pendekatan analitikal, (4) pendekatan rasional, dan (5) pendekatan behavioral.
Di samping metode mengajar, aspek lain yang termasuk dalam kegiatan belajar-mengajar formal adalah kurikulum. Apabila dilihat dari isinya, kurikulum dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu: (1) kurikulum formal, (2) kurikulum ideal dan (3) kurikulum tersembunyi (Warwich: 20-25). Kurikulum formal adalah kurikulum yang dapat dijamah dan diamati. Kurikulum ini merupakan kurikulum yang terdapat di sekolah, yang tertulis dalam buku kurikulum. Kurikulum ideal adalah kurikulum yang dapat dipahami atau dapat ditangkat isinya oleh kepala sekolah dan guru. Sedangkan kurikulum tersembunyi adalah hal-hal yang dapat diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan belajar di sekolah yang bersangkutan.
Berdasarkan strukturnya, kurikulum sebagai program belajar-mengajar, menurut Young dan Wynn dalam American Education, dibedakan dalam lima macam, yaitu (1) kurikulum mata pelajaran (subject curriculum), (2) kurikulum terkorelasi atau terfusi (correlated or fused curriculum), (3) kurikulum bidang-bidang studi luas (broad fieds curriculum), (4) kurikulum inti (core curriculum), dan (5) kurikulum fungsional atau pengalaman (experience or functional curriculum).
Aspek-aspek lain di yang termasuk ke dalam kegiatan belajar mengajar formal di sekolah adalah evaluasi pendidikan dan tujuan-tujuan pendidikan. Evaluasi pendidikan adalah sebuah proses sistematis menentukan tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

B.       STATUS ILMU PENDIDIKAN
Konsep-konsep pendidikan yang menjadi unsur isi Ilmu Pendidikan mempunyai dua fungsi. Pertama, ada sekelompok konsep yang berfungsi sebagai asumsi dasar atau titik tolak, dan kedua, sekelompok konsep lainnya yang berfungsi sebagai informasi tentang pendidikan.
Aristoteles yang dipandang sebagai bapak ilmu mencoba mengklasifikasikan ilmu didasarkan pada tujuan dan objeknya. Berdasarkan tujuannya, ilmu dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu (1)  Ilmu-Ilmu Teoritis yang penyelidikannya bertujuan memperoleh pengetahuantentang kenyataan, dan (2) Ilmu-ilmu praktis/produktif, yang penyelidikannya bertujuan menjelaskan perbuatan yang berdasarkan pada pengetahuan.
Berdasarkan objek materialnya, Ilmu-Ilmu Teoretis yang mempunyai objek formal substansi, dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu (1) Ilmu-Ilmu Kealaman, (2) Matematika, dan (3) Metafisika. Ilmu-ilmu Kealaman diklasifikasikan menjadi enam macam cabang, yaitu (1) Fisika, (2) Astronomi, (3) Ilmu Kimia, (4) Meteorologi, (5) Biologi, dan (6) Psikologi.
Francis Bacon melihat ilmu atau filsafat sebagai salah satu hasil pemahaman atau belajar manusia melalui pemikirannya. Berdasarkan objeknya, ilmu atau filsafat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) Filsafat Tuhan (de Numine) atau Teologi Rasional/Alamiah, (2) Filsafat Alam, dan (3) Filsafat Manusia.

Herbert Spencer mengklasifikasikan keseluruhan ilmu menjadi dua kelompok, yaitu (1) Ilmu Abstrak, yang objeknya adalah cara-cara mempersepsi segala sesuatu, dan (2) Ilmu Konkret, yang objeknya adalah isi persepsi atau kesan penginderaan yang tersimpan. Secara garis besar Ilmu Abstrak, yang sering pula disebut Ilmu-ilmu Eksak, terdiri atas dua cabang, yaitu (1) Logika, dan (2) Matematika.

Sumber :
Abdulhak Ishak. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2004.

PENDIDIKAN SUATU SISTEM

A.   Pengertian system
Istilah system berasal dari bahasa yunani “systema” yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan  secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan.
Menurut Zahara Idris(1987) Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsusr-unsur  sebagai sumber yang mempunyai  hubungan fungsional yang teratur, tidak secara acak yang salaing membantu untuk mencapi suatu hasil (Product) contoh tubuh manusia merupakan satu jaringan daging, otak, urat-urat, dll yang komponen mempunyai fungsi masing-masing yang satu dg yang lain  satu sama lain saling berkaitan sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan..

B.   Pengertian Pendidikan Nasional
Menurut sunarya (1969) pendidikan nasional adalah suatu system pendidikan yang berdiri diatas landasan dan dijiwai noleh filsafah  hidup suatu bangsa  dan tujuanya bersifat mengabdi  kepada kepentingan dan cica-cita nasional bangsa.

Depertemen pendidikan dan kebudayaan (1976) merumuskan bahwa pendidkan nasional adalah suatu usaha untuk membimbing para warga Negara Indonesia menjadi pancasila, yang berpribadi, berdasarkan akan kebutuhan  berkesadaran  akan kebutuhan  berkesadaran  masyarakat dan mampu membudayakan alam sekitar.




C.   Pendidikan sebagai suatu system
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsur pokok yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha

Masukan                     Proses Usaha                         Keluaran atau Hasil

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu sistemyang mempunyai  unsur-unsur tujuan sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan pasilitas. Setiap sistem pendidikan ini saling mempengaruhi.

PH Combs  (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan sebagai berikut:
  1. Tujuan dan Prioritas adalah fungsi mengarahkan kegiatan. Hal ini merupakan informasi  apa yang hendak dicapai oleh sisitem pendidikan  dan urutan pelaksanaanya
  2. Peserta didik adalah  fungsinya belajar diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku sesui dengan tujuan sistem pendidikan
  3. Manajemen atau pengelolan adalah fungsinya mengkoordinasi, mengarahkan dan menilai sistem pendidikan
  4. Struktur dan jadwal waktu adalah mengatur pembagian waktu dan kegiatan
  5. Isi dan bahan pengajaran adalah mengambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik.
  6. Guru dan pelaksanaan adalah menyediakan bahan pelajaran  dan menyelengarakan proses belajar untuk peserta didik
  7. Alat bantu belajar adalah fungsi membuat proses pendidikan  yang lebih menarik dan berpariasi
  8. Fasilitas adalah fungsinya untuk tempat terjadinya proses pembelajaran
  9. Teknologi adalah fungsi memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan
  10. Pengawasan mutu adalah fungsi membina peraturan dan standar pendidikan
  11. Penelitian adalah fungsi memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan
l.                                                              Biaya adalah fungsinya memperlancar proses pendidkan

Menurut UU republik Indonesia no.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik  melalui bimbingan , pengajaran,  atau latihan bagi peranan nya  dimasa yang akan datang.

Menurut Zahar Idris (1987) pendidikan nasiona lsebagai  suatu sistem adalah karya  manusia`yang terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai hubungan fungsional dalam rangka membantu terjadinya proses transpormasi atau perobahan tingkah laku seseorang

D.   Dasar dan tujuan  pendidikan nasional
Pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara, kepribadian, tujuan dan pandanga hidup bangsa indonesia. Begitu pula dengan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Pancasila menjadi dasar sisitem nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai mana yang termaktup dalam UUD 1945 dan pancasila
Pendidikan di Indonesia memiliki landasan ideal adalah pancasila, landassan konstitusional ialah UUD  1945 dan landasan operasional ialah ketetapan MPR tentang GBHN




E.   Fungsi pendidikan nasional
a.       Alat pembangun pribadi, pengembangan warga negara, pengembangan kebudayaan  dan pengembangan bangsa indonesia
b.      Menurut UU RI No.2 1989 ”pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa indonesia dalam upaya mewuhutkan tujuan nasional

F.    Kelembagaan, program dan pengelolaan pendidikan
a.      kelembagaan Pendidikan
Ditinjau dari segi kelembagaan maka penyelenggaraan pendidikan di indonesia  melalui dua jalur yaitu:
1.      Jalur pendidikan Sekolah
2.      jalur pendidikan luar sekolah

b.      Jenis Program Pendidikan
Jenis pendidikan yang termasuk pendidikan sekolah yaitu:
1.      Pendidikan Umum
2.      Pendidikan Kejuruan
3.      Pendidikan Luar Biasa
4.      Pendidikan  kedinasan
5.      Pendidikan Keagamaan
6.      Pendidikan akademik
7.      Pendidikan Propesional

c.       Jenjang Pendidikan
1.      Pendidiksn Prasekolah
2.      Pendidikan Dasar
3.      Pendidikan Menegah
4.      Pendidikan Tinggi

d.      Kurikulum
Untuk mencapai tujuan Pendidikan nasional disusunlah kurikulum yang memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan  lingkugan, perkembangan ilmu pengetahuan, sesuai dengan jenjang masing-masing satuan pendidikan
Menurut Simanjuntak (1989) mengemukakan bahwa dalam menyusun kurikulum perlu memperhatikan :
1.      dasar dan tujuan sisitem pendidikan nasional
2.      Dasar dan tujuan lembaga pendidikan
3.      Tujuan kurikuler komponen pendidikan
4.      Tujuan dan Struktur instruksional/ pengajaran
5.      Keperluan pembaruan aspek-aspek yang diperlukan
6.      tahap-tahap perkembangan anak didik

G.  Pegelolaan Sistem pendidikan Nasional
1.      pengelolaan sistem pendidikan nasional pada umumnya diserahkan oleh presiden kepada depertemen/mentri
2.      dalam hal tertentu pengelolaan npendidikan nasional yang mengandung kekhususan diserahkan kepada depertemen, badan pemerintah lain
3.      dalam mengelola pendidikan nasional presioden dibantu oleh dewan pendidikan nasional.


H. Sistem Pendidikan Nasional

1.      Pengertian sistem pendidikan nasional
Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
          Pengertian yang 1ebih jelas mengenai pendidikan, pendidikan na-siona1 dan sistem pendidikan nasiona1 dapat dijumpai dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem  Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang ini    pendidikan    didefinisikan sebagai "Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” ( Pasal 1, ayat 1 ).
 Pendidikan nasional didefinisikan sebagai "pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.(pasal 1 ayat 2 ). Sedangkan yang dimaksud dengan sistem pendidikan nasional adalah "keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional” (pasal 1 ayat  3 ). Jadi dengan demikian, sistem (pendi-dikan nasiona1 dapat dianggap sebagai jaringan satuan-satuan pendidikan yang dihimpun secara terpadu dan dikerahkan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Unsur-unsur Pokok Sistem Pendidikan nasional
Kazik (1969:1) mendefinisikan sistem sebagai "organisme yang dirancang dan dibangun strukturnya secara sengaja, yang terdiri dari komponen-kumponen yang berhubungan dan berinteraksi satu sama lain yang harus berfungsi sebagai suatu kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan khusus yang telah ditetapkan sebelumnya". Suatu sistem memiliki tiga unsur pokok: (1) tujuan, (2) isi atau  komponen, dan (3) proses. Kalau pendidikan nasional kita benar-benar merupakan suatu sistem, maka ia setidak-tidaknya memiliki tiga unsur pokok tersebut. Di samping itu, komponen-komponen sistem tersebut harus berhubungan dan berinteraksi secara terpadu. Adapun komponen pokok dalam sistem pendidikan yaitu : tujuan dan prioritas, anak didik ( siswa ), pengelolaan, struktur dan jadwal, isi kurikulum, pendidik (guru alat bantu belajar, fasilitas, teknologi, pengawasan mutu, penelitian dan biaya.

2.   Tujuan Pendidikan Nasional
 Dalam Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggunng jawab

3.    Realisasi Sistem Pendidikan Nasional dan Permasalahannya
a. Realisasi Sistem Pendidikan Nasional
Realisasi pelaksanaan undang-undang mengenai sistem pendidikan nasional secara utuh akan masih memerlukan waktu.
Perlu disadari bahwa UU No. 20 Tahun 2003 tidak mungkin dapat mengatur semua kegiatan pendidikan yang terjadi di lapangan. Undang-undang pendidikan nasional hanya mampu memberikan arah, dan mem-berikan prinsip-prinsip dasar untuk menuju arah tersebut, serta mengatur prosedurnya secara umum. Realitas pe1aksanan pendidikan di lapangan akan banyak ditentukan oleh petugas yang berada di barisan paling depan, yaitu guru, kepala sekolah dan tenaga-tenaga kependidikan lainnya.

b.  Masalah-Masalah Pendidikan  Yang  Ada Sekarang
Pendidikan kita sekarang ini setidak-tidaknya sedang dihadapkan pada empat masalah besar: masalah mutu, masalah pemerataan, masalah motivasi, dan masalah keterbatasan sumberdaya dan sumberdana pendidikan.
1)  Pola motivasi sebagian besar peserta didik lebih bersifat maladaptifdaripada adaptif.
2) Kualitas proses dan hasil pendidikan belum merata di seluruh tanah air.
3) Pendidikan kita sekarang, juga masih dihadapkan pada berbagai kendala, khususnya kendala yang berkaitan dengan sarana/prasarana, sumberdana dan sumberdaya.
                       
c.  Usaha-usaha ke arah pemecahan masalah .
            Usaha untuk mendemokratiskan serta memeratakan kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas antara lain dapat dilakukan dengan menstandardisasikan fasilitas lembaga penyelenggara pendidikan dan menye1enggarakan kewajiban belajar. Semua lembaga pendidikan yang sejenis perlu diusahakan agar memiliki fasilitas pendidikan yang setara dan seimbang: antara lain dalam bentuk gedung yang memadai, perlengkapan serta peralatan belajar yang mencukupi, kualifikasi guru dan satuan pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan nyata. Standarisasi fasilitas dan kondisi pendidikan diharapkan dapat menghasilkan standarisasi mutu. Dengan cara ini pada saatnya nanti , anak-anak yang berdomisili di luar Jawa tidak banyak lagi yang menginginkan bersekolah di Jawa, karena mutu pendidikan di daerah mereka setara atau malahan lebih tinggi dibandingkan dengan mutu pendidikan di Jawa.

            Kewajiban belajar merupakan upaya lain untuk mendemokratiskan kesempatan memperoleh pendidikan. Melalui kewajiban belajar yang dise-lenggarakan dan dibiayai oleh negara, semua anak Indonesia akan mempe-roleh kesempatan untuk rnengikuti pendidikan sampai pada usia atau tingkat pendidikan tertentu. Melalui kewajiban belajar usaha untuk menaikkan tingkat pendidikan sebagian besar warga-negara dapat dilakukan secara lebih cepat. 

RASIONALISME



 Kaum rasionalisme mulai dengan suatu pernyataan yang sudah pasti. Aksioma dasar yang dipakai membangun sistem pemikirannya diturunkan dan idea yang menurut anggapannya adalah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia. Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk “mengetahui” idea tersebut namun manusia tidak menciptakannya, maupun tidak mempelajari hasrat pengalaman. Idea tersebut kiranya sudah ada “di sana” sebagai bagian dan kenyataan dasar, dan pikiran manusia, karena ia terlihat dalam kenyataan tersebut, pun akan mengandung idea pula. Jadi dalam pengertian inilah maka pikiran itu menalar. Kaum rasionalis berdalil, bahwa karena pikiran dapat memahami pninsip, maka prinsip itu harus “ada”; artinya, prinsip harus benar dan nyata. Jika prinsip itu tidak “ada”, orang tidak mungkin akan dapat menggarnbarkannya. Prinsip dianggap sebagai sesuatu a-priori, atau pengalaman, dan karena itu prinsip tidak dikembangkan dan pengalaman: bahkan sebaliknya, pengalaman hanya dapat dimengerti bila ditinjau dan prinsip tersebut.
        Plato memberikan gambaran klasik dan rasionalisme. Dalam sebuah dialog yang disebut Meno, dia berdalil, bahwa untuk mempelajani sesuatu, seseorang harus menemukan kebenaran yang sebelumnya belum diketahui. Tetapi, jika dia belum mengetahui kebenaran tersebut. bagaimana dia bisa mengenalinya? Plato menyatakan bahwa seseorang tidak dapat mengatakan apakah suatu pernyataan itu benar kecuali kalau dia. Sebelumnya sudah tahu bahwa itu benar. Kesimpulannya adalah bahwa manusia tidak mempelajari apa pun; ia hanya “teringat apa yang telah dia ketahui”. Semua prinsip-prinsip dasar dan bersifat umum sebelumnya sudah ada dalam pikiran manusia. Pengalaman indera paling banyak hanya dapat merangsang ingatan dan membawa kesadaran terhadap pengetahuan yang selama itu sudah berada dalam pikiran.
       Teori pengetahuan Plato mi kemudian diintegrasikan dengan pendapatnya tentang hakekat kenyataan. Menurut Plato kenyataan dasar terdirt dan idea atau prinsip. Idea mi disebutnya bentuk. Keindahan, kebenaran, keadilan adalah salah satu dan bentuk yang berada secara mutlak dan tidak berubah kapan pun dan bagi siapa pun. Manusia dapat mengetahui bentuk-bentuk ini lewat proses intuisi rasional yakni suatu kegiatan yang khas dan pikiran manusia. Bukti bahwa bentuk ini ada di.. dasarkan pada kenyataan bahwa manusia dapat menggambarkannya. Jadi, Plato memandang pengetahuan sebagai suatu penemuan yang terjadi selama proses pemikiran rasional yang teratur.
           Geometri (ilmu ukur) adalah salah satu dan contoh favorit kaum rasionalis. Mereka berdalil bahwa aksioma dasar geometri (umpamanya, “sebuah garis lurus merupakan jarak yang terdekat antara dua titik”) adalah idea yang jelas dan tegas yang “baru kemudian” dapat diketahui oleh manusia. Dan aksioma dasar itu dapat dideduksikan sebuah sistem yang terdiri dan subaksioma-subaksioma. Hasilnya adalah sebuah jaringan pernyataan yang formal dan konsisten yang secara logis tersusun dalam batasbatas yang telah digariskan oleh suatu aksioma dasar yang sudah pasti.
         Rene Descartes, ahli matematika dan falsafah pada abad ketujuh belas, mengajukan argumentasi yang kuat untuk pendekatan rasional terhadap pengetahuan. Hidup dalam keadaan yang penuh pertentangan ideologis, Descartes mempunyai keinginan yang besar untuk mendasarkan keyakinannya pada sebuah landasan yang mempunyai kepastian yang mutlak. Untuk mencapai tujuan tersebut, dia melakukan pengujian. yang mendalam terhadap segenap apa yang diketahuinya. Dia memutuskan bahwa jika dia menemukan suatu alasan yang meragukail suatu kategori atau prinsip dan pengetahuan, maka kategori itu akan dikesampingkan. Dia hanya akan menerima sesuatu yang terhadapnya dia tak mempunyai keberatan apa-apa.
       Descartes menganggap bahwa pengetahuan memang dihasilkan oleh indera, tetapi karena dia mengakui bahwa indera itu bisa menyesatkan (seperti dalam mimpi atau khayalan), maka dia terpaksa mengambilkesimpulan bahwa data keinderaan tidak dapat diandalkan. Dia kemudian menguji kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Mahakuasa, tetapi di sini pun dia menemukan, bahwa dia dapat membayangkan Tuhan yang mungkin bisa menipu manusia. Dalam kesungguhannya mencari dasar yang mempunyai kepastian mutlak mi, Descartes meragukan adanya surga dan dunia, pikiran dan badani. Satu-satunya hal yang tak dapat dia ragukan adalah eksistensi dirinya sendiri; dia tidak meragukan lagi bahwa dia sedang ragu-ragu. Bahkan jika kemudian dia disesatkan dalam berpikir bahwa dia ada, dia berdalih bahwa penyesatan itu pun merupakan bukti bahwa ada seseorang yang sedang disesatkan. Batu karang kepastian Descartes mi diekspresikan dalarn bahasa Latin cogito, ergo sum (Saya berpikir, karena itu saya ada).
Diceriterakan bahwa ada seorang mahaguru yang sedang membicarakan masalah eksistensi. Mahasiswa-mahasiswanya diminta untuk membaca Descartes. Keesokan harinya datang kepadanya seorang mahasiswa yang bingung dan lesu dengan keluhan bahwa semalaman dia terus terjaga dalam usaha untuk memutuskan apakah dia itu ada atau tidak. “Katakan kepada saya, apakah saya ada?” Profesor itu, setelah menyimak pertanyaan itu balik bentanya, “Siapakah yang ingin tahu?”
         Dalam, usaha untuk menjelaskan mengapa kebenanan yang satu (Saya benpikir, maka saya ada) adalah beyiar, Descartes benkesimpulan bahwa dia merasa diyakinkan oleh kejelasar/dan ketegasan dan idea tersebut. Di atas dasar ini dia menalar bahwa sep’~ua kebenaran dapat kita kenal karena kejelasan dan ketegasan yang tii,yibul dalam pikiran kita: “Apa pun yang dapat digambarkan secara jelas dan tegas adalah benar.”
        Apa yang telah diungkapkan di atas adalah contoh-contoh bagaimana falsafah rasional mempercai bahwa pengetahuan yang dapat diandalkan bukanlah diturunkan dari dunia pengalaman melainkan dan dunia pikiran. (Dalam rasionalisme “pikiran” tidak sinonim dengan “otak”). Baik Plato maupun Descartes” keduanya menganggap bahwa pengetahuan yang benar sudah ada bensama kita dalam bentuk idea-idea, yang tidak kita peroleh (pelajari) melainkan merupakan bawaan. Kaum rasionalis kemudian mempertahankan pendapat bahwa dunia yang kita ketahui dengan metode intuisi rasional adalah dunia yang nyata. Kebenaran atau kesalahan tenletak dalam idea dan bukan pada benda-benda tersebut.

Kritik terhadap Rasionalisme

1.         Pengetahuan rasional dibentuk oleh idea yang tidak dapat dilihat maupun diraba. Eksistensi tentang idea yang sudah pasti maupun yang bersifat bawaan itu sendini belum dapat dikuatkan oleh semua manusia dengan kekuatan dan keyakinan yang sama. Lebih jauh, terdapat perbedaan pendapat yang nyata di antara kaum rasionalis itti sendini mengenai kebenaran dasan yang menjadi landasan dalam menalan. Plato, St Augustine, dan Descartes masing-masing mengembangkan teori-teori rasional sendiri yang masing-masing berbeda.
2.          Banyak di antara manusia yang berpikiran jauh merasa bahwa mereka menemukan kesukaran yang besar dalam menerapkan konsep rasional kepada masalah kehidupan yang praktis. Kecenderungan terhadap abstraksi dan kecenderungan da-lam meragukan serta menyangkal syahnya pengalaman keinderaan telah dikritik orang habis-habisan. Kritikus yang terdidik biasanya mengeluh bahwa kaum rasionalis memperlakukan idea atau konsep seakan-akan mereka adalah benda yang obyektif. Menghilangkan nilai dan pengalaman keinderaan, menghilangkan pentingnya benda-benda fisik sebagai tumpuan, lalu menggantinya dengan serangkaian abstraksi yang samar-samar, dinilai mereka sebagai suatu metode yang sangat meragukan dalam rnernperoleh pengetahuan yang dapat diandalkan.

3.          Teori rasional gagal dalam menjelaskan perubahan dan pertambahan pengetahuan manusia selarna mi. Banyak dan idea yang sudah pasti pada satu waktu kemudian berubah pada waktu yang lain. Pada suatu saat dalam sejarah, idea bahwa burni adalah pusat dan sistem matahari hampir diterima secara urnum sebagai suatu pernyataan yang pasti.

Revolusi Ilmu Pengetahuan

-CikguAgus-Sebenarnya apakah yang dimaksud dengan revolusi ilmu pengetahuan?Apakah revolusi tersebut memiliki kegunaan?Revolusi ilmu pengetahuan muncul di Eropa sekitar Abad XVII ketika sedang dilanda krisis kehidupan yang cukup berat.
Kehidupan ekonomi yang tidak menguntungkan sebagian rakyat jelata dan kehidupan kenegaraan feodalisme yang sangat matrealistis kapitalis menyebabkan gejolak pada bangsa Eropa. Beberapa revolusi terjadi antara lain, Revolusi Industri, Revolusi Pertanian, Revolusi Perancis, dan Revolusi Ilmu Pengetahuan.
Revolusi ilmu pengetahuan merupakan suatu revolusi yang menandakan bangkitnya kelompok intelektual bangsa Eropa mengenai cara berpikir keilmiahan. Revolusi ilmu pengetahuan adalah sebuah revolusi mengenai perubahan cara berpikir serta persepsi manusia dalam mendapatkan pengetahuan bagi dirinya. Perubahan persepsi manusia tersebut adalah perubahan dari cara berpikir yang ontologis ke cara berpikir matematis mekanistis. Cara berpikir ontologis adalah warisan yang ditinggalkan bangsa Eropa ketika Abad Pertengahan diberlakukan hukum agama bagi segala-galanya, termasuk kegiatan ilmu pengetahuan.Saat Abad Renaissance manusia tidak lagi menjadi citra tuhan, tetapi manusia juga memiliki rasio atau keadaran manusia serta kreativitas keinginan untuk maju, memperbaiki kebudayaan manusia.Pengetahuan dilandaskan rasionalitas dan empiristis yang berkembang pesat dengan pendekatan matematis yang diterapkan dalam kajiannya.
Dunia manusia dan pengetahuannya adalah dunia antroposentris, dunia yang terpusat pada "kekuataan" akal budi manusia. Pada masa Renaissance dibangun kejayaan bangsa Eropa, yaitu mulai dipelajarinya pengetahuan yang berlandaskan rasionalitas dan empiristis. Berbagai peninggalan bangunan, yang megah seperti karya seni (seni lukis, pahat dan arsitektur) yang berada di daratan Eropa menandai bangkitnya bangsa Eropa untuk menguasai dunia seni maupun ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh pembaharu Humanis Renaissance, seperti Leonardo da Vinci, Michelangelo. N. Copernicus, J. Keppler dan Galileo Galilei sangatlah termashur dengan karya-karya seni dan penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Fenomena alam, sosial budaya dipelajari, diamati secara cermat untuk kemudian dimanfaatkannya. Dari upaya yang cukup lama dan tak kenal lelah, maka berkembanglah ilmu-ilmu pengetahuan kealaman seperti fisika, ilmu kimia, kedokteran dan itu berkembang hingga ke Abad Aufklaerung (Abad Pencerahan), abad XVIII. Perintis ilmu fisika adalah Sir Isaac Newton yang mendasarkan fisika klasik dengan bukunya "Philosophiae NaturalisPrincipia Mathematica" - “Ilmu Pengetahuan Alam berdasarkan prinsip-prinsip matematis”. Sejak itulah ilmu pengetahuan berkembang pesat dengan pendekatan matematis yang diterapkan dalam kajiannya.
Cara berpikir matematis mekanistis dalam revolusi ilmu pengetahuan yang dipelopori oleh Newton menjadi semacam gaya para intelektual untuk membuat analisis dalam penelitiannya. Pendekatan yang bersifat kausalitas yang didukung dengan percobaan atau eksperimen melalui usaha uji coba model tiruan dari objek yang sesungguhnya membuat para peneliti dapat mengembangkan penelitiannya dengan lebih sempurna.
Akibat dari perjalanan proses revolusi ilmu pengetahuan, memunculkan adanya nilai-nilai dasar yang tampil dalam perubahan cara berpikir manusia. Nilai-nilai dasar itu adalah nilai alam, budaya dan ekonomi.
Akibat dari "perjalanan" dan proses revolusi ilmu pengeta-huan, memunculkan adanya nilai-nilai dasar yang tampil pada perubahan cara berpikir manusianya. Nilai-nilai dasar itu, pertama nilai alam. Alam semesta memiliki tata susunan yang berada pada hukum alam dan kosmos adalah sesuatu yang dianggap memiliki struktur tertentu. Kedua, nilai budaya. Kemajuan manusia ditandai dengan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan yang dapat digunakan untuk memajukan kebudayaan manusia. Dengan kemajuan manusia terutama dalam cara berpikir yang antroposentris, manusia mampu mengubah kebudayaannya dan teknologinya menjadi sesuatu yang sangat berarti dan bermakna bagi kehidupan manusia melalui proses belajar. Ketiga, nilai ekonomi. Nilai ini tercipta karena para pelaku revolusi ilmu pengetahuan memiliki semangat kerja yang tinggi. Para ilmuwan mulai menciptakan teknologi yang tepat guna bagi kebutuhan masyarakat, sehingga diciptakan mesin untuk mengisi kebutuhan kehidupan manusia dalam berbagai sektor industri. Pada awalnya industri mula-mula berasal dari kerja rumahan (industri rumahan) hingga ke industri pabrikasi. Hasil atau barang yang diciptakan berkat adanya mesin-mesin (industri pabrikasi) tersebut dan mampu menembus pasaran dengan daya jual yang tinggi. Dengan demikian tercipta adanya nilai ekonomis yang menuntut kemandirian, tanggung jawab serta kerjasama diantara para pelaku tersebut agar nilai ekonomis dapat dimanfaatkan tidak hanya bagi sekelompok orang saja tapi seluruh masyarakat.
Revolusi sains sebagai epesode perkembangan nonkomulatif yang didalamnya paradigma yang lama di gantikan seluruhnya atau sebagian oleh paradigma baru yang tidak dapat didamaiakan dengan paradigma sebelumnya
Revolusi politik di bawa oleh kesadaran yang semakin tumbuh, yang seringterbatas pada suatu segmen dari masyarakat politik, bahwa lembaga-lembaga yangtidak lagi memadai untuk menghadapi masalah-masalah yang di kemukakan olehlingkungan yang sebagian di ciptakan oleh lembaga-lembaga itu.Revolusi sains dibawa oleh kesadaran yang semakin tumbuh yang sering terbatas pada subdevisiyang sempit dari masyarakat sains, bahwa paradigma yang ada tidak lagi berfungsi secara memadai dalam eksplorasi suatu aspek dari alam.  Perkembangan politik maupun sains, kesadaran akan adanya fungsi yang dapat menyebabkankrisis merupakan prasyarat bagi revolusi.
Revolusi politik bertujuan mengubah lembaga-lembaga politik itusendiri.oleh sebab itu, keberhasilannya memerlukan pelepasan sebagian dari perangkat lembaga untuk di ganti oleh yang lain, dan masyarakat tidak sepenuhnya di perintah oleh lembaga tersebut. Mula-mula hanya krisis yang mengurangi lembaga politik, seperti menurunnya peran paradigma. Hal ini bertujuan berdemonstrasikan bahwa study historis tentang perubahan paradigm menyingkap karakteristik yang mirip dalam evolusi sains. Seperti pemulihan diantara lembaga-lembaga politik yang berkompetisi, pemilihan diantara pemerintah paradigma yang bersaingan ternyata merupakan pemilihan diantara modus-modus kehidupan masyarakat yang bertentangan.Karena yang memilikikarakter itu, pemilihannya tidak dapat di tentukan dengan prosedur evaluatif yangmenjadi karakteristik yang normal, sebab tergantung pada paradigma tertentu dan paradigma itu sedang di permasalahkan sebagaimana mestinya. Masuk pada debat paradigma, maka perannya perlu sekuler untuk membela paradigma itu,sekuleritas yang dilibatkan itu menyebabkan argumen-argumen salah bahkantidak berpengaruh.
Revolusi ilmu pengetahuan merupakan suatu revolusi yang menandakan bengkitnya kelompok intelektual bangsa Eropa mengenai cara bepikir keilmiahan.Revolusi ilmu pengetahuan adalah sebuah revolusi mengenai perubahan cara berpikir serta persepsi manusia dalam mendapatkan pengetahuan bagi dirinya.Perubahan persepsi manusia tersebut adalah perubahan dari cara berpikir yangontologis ke cara berpikir matematis mekanistis. Pada abad pertengahandiberlakukan hukum agama bagi segala-galanya, termasuk kegiatan ilmu pengetahuan.Saat abad Renaissance manusia tidak lagi menjadi citra tuhan, tetapimanusia juga memiliki rasio atau kesadaran manusia serta kreativitas keinginanuntuk maju, memperbaiki kebudayaan manusia.Pengetahuan dilandaskanrasionalitas dan empiristis yang berkembang pesat dengan pendekatan matematisyang diterapkan dalam kajiannya.
Cara berpikir mekanistis dalam revolusi ilmu pengetahuan yangdipelopori oleh Newton menjadi semacam gaya para intelektual untuk membuatanalisis dalam penelitiannya. Pendekatan yang bersifat kausalitas yang didukungdengan percobaan atau eksperimen melalui usaha uji coba model tiruan dari objek yang sesungguhnya membuat para peneliti dapat mengembangkan penelitiannyadengan lebih sempurna.
Salah satu pemikir atau ilmuwan yang memberikan kontribusi besar dalam revolusi ilmiah adalah Thomas Samual Kuhn, seorang tokoh yang lahir diCincinnati, Ohio. Munculnya buku beliau yang berjudul ”The Structure of Scientific Revolutions” banyak mengubah persepsi orang tentang apa yangdinamakan ilmu. Jika sebagian orang mengatakan pergerakan ilmu itu linier-akumulatif, maka Thomas Kuhn mengatakan, ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang akan berpuncak pada kondisi normal dan kemudian krisis karenatelah digantikan oleh ilmu atau paradigma baru.
Thomas Kuhn, mula-mula sebagai seorang ahli fisika yang dalam perkembangannya mendalami sejarah ilmu dan filsafat ilmu. Beliau lebihmengutamakan sejarah ilmu sebagai titik awal segala penyelidikannya.Filsafatilmu diharapkan bisa semakin mendekati kenyataan ilmu dan aktifitas ilmiah yangsesungguhnya. Begitu urgensinya sejarah ilmu ini dalam membuktikan teori-teoriatau sistem, dapat menghantarkan kemajuan revolusi-revolusi ilmiah.

REVOLUSI SAINS MENURUT THOMAS KUHN
Thomas Samuel Kuhn (1922-1996) menulis panjang lebar tentang sejarahilmu pengetahuan, dan mengembangkan beberapa gagasan penting dalam filsafatilmu pengetahuan. Ia sangat terkenal karena bukunya “The Structure of ScientificRevolutions” di mana ia menyampaikan gagasan bahwa sains tidak "berkembangsecara bertahap menuju kebenaran", tapi malah mengalami revolusi periodik yangdia sebut pergeseran paradigma. Analisis Kuhn tentang sejarah ilmu pengetahuanmenunjukkan kepadanya bahwa praktek ilmu datang dalam tiga fase; yaitu:
1)   Tahap pertama, tahap pra-ilmiah, yang mengalami hanya sekali dimana tidak ada konsensus tentang teori apapun. Penjelasan fase ini umumnya ditandai oleh beberapa teori yang tidak sesuai dan tidak lengkap. Akhirnya salah satu dariteori ini "menang".
2)   Tahap kedua, Normal Science. Seorang ilmuwan yang bekerja dalam fase inimemiliki teori override (kumpulan teori) yang oleh Kuhn disebut sebagai paradigma. Dalam ilmu pengetahuan normal, tugas ilmuwan adalah rumit,memperluas, dan lebih membenarkan paradigma. Akhirnya, bagaimanapun,masalah muncul, dan teori ini diubah dalam ad hoc cara untuk mengakomodasi bukti eksperimental yang mungkin tampaknya bertentangan dengan teori asli.Akhirnya, teori penjelasan saat ini gagal untuk menjelaskan beberapa fenomena atau kelompok daripadanya, dan seseorang mengusulkan penggantian atau redefinisi dari teori ini.
3)      Tahap ketiga, pergeseran paradigma, mengantar pada periode baru ilmu pengetahuan revolusioner. Kuhn percaya bahwa semua bidang ilmiah melalui pergeseran paradigma ini berkali-kali, seperti teori-teori baru menggantikanyang lama.
Sebagi contoh fenomena adanya pergeseran paradigma ini adalah tentang pendapat Copernicus bahwa bumi berputar mengelilingi matahari, sebelumnyaPtolemeus menyatakan bahwa matahari dan planet-planet lain serta bintang- bintang, berputar mengelilingi bumi.Contoh lainnya yang lebih baru adalah penerimaan Einstein relativitas umum untuk menggantikan Newton tentanggravitasi pada tahun 1920 dan 1930; dan lempeng tektonik Wegener tahun 1960oleh ahli geologi.
Menurut Kuhn, ilmu sebelum dan sesudah pergeseran paradigma begitu jauh berbeda melihat teori-teori mereka yang tak tertandingi, pergeseran paradigma tidak hanya mengubah satu teori, hal itu akan mengubah cara bahwakata-kata yang didefinisikan, cara para ilmuwan melihat mereka subjek, danmungkin yang paling penting pertanyaan-pertanyaan yang dianggap sah, danaturan-aturan yang digunakan untuk menentukan kebenaran suatu teori tertentu.Konsep sentral dari teori/epistemologi filsafat Thomas Kuhn adalah padaistilah yang dinamakan “paradigma”.Istilah ini tidak dijelaskan secara konsisten,sehingga dalam berbagai keterangannya sering berubah konteks dan arti.
Adadua perbedaan fundamental terhadap istilah paradigma yang digunakan olehKuhn, yaitu:
1)       Paradigma ialah apa yang akan kita paparkan dari pengujian perilaku anggota-anggota masyarakat ilmiah yang telah ditentukan sebelumnya.
2)       Paradigma dipakai sebagai keseluruhan konstelasi keyakinan, nilai, teknik, danlain-lain yang telah dilakukan anggota-anggota masyarakat yang telah diakui.
Paradigma ini membimbing kegiatan ilmiah dalam masa sains normal, dimana para ilmuan berkesempatan menjabarkan dan mengembangkannya secaraterperinci dan mendalam, karena disibukkan dengan hal-hal yang mendasar.PadaSains normal "memberi arti secara tegas penelitian yang berdasarkan satu ataulebih melewati prestasi ilmiah, prestasi bahwa komunitas ilmiah tertentumengakui untuk sementara waktu sebagai menyediakan dasar untuk berlatih lebihlanjut".Dalam tahapan ini, seorang ilmuan tidak bersikap kritis terhadap paradigma yang membimbing aktivitas ilmiahnya, dan selama menjalankan risetini, ilmuan bisa menjumpai berbagai fenomena yang tidak bisa diterangkandengan teorinya.Inilah yang disebut dengan anomali. Dalam konsep paradigma membantu komunitas ilmiah untuk mengikat disiplin mereka dalam membantu para ilmuwan untuk :
1)      Membuat jalan penyelidikan.
2)      Merumuskan pertanyaan
3)      Memilih metode yang digunakan untuk memeriksa pertanyaan-pertanyaan
4)      Mendefinisikan bidang relevansi
5)      Membangun / menciptakan makna.
Sebuah paradigma membimbing seluruh kelompok riset, dan inilah kriteriayang paling jelas menyatakan bidang ilmu. Berbagai transformasi paradigm adalah bagian fari revolusi sains, sedangkan transisi yang berurutan dari paradigma yang satu ke paradigma yang lain melalui revolusi adalah pengembangan yang biasa dan sains yang telah matang.



Sabtu, 14 Maret 2015

Kopdar Guru Blogger "live blogging, Kopdar Akbar KSGN, Indosat, ICity"

Aduh... ini tantangan buat saya menulis, tangan ini terasa kaku, otak terasa beku, hati terasa dingin. Bingung, karena memang jarang nulis, kalo copas jangan ditanya, jagonye dong. Tapi kembali lagi berfikir, sekali-kali kita coba tantang diri kita sendiri buat menulis di blog bukan sekedar copas.
Teringat akan sebuah ayat Al-Quran yang artinya "Alloh tidak akan mengubah nasib seseorang atau suatu kaum, kalau orang/kaum tersebut tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri"... Wah ini ayat kena banget ke saya sebagai newbie dalam tulis menulis dan merubah wacana berfikir untuk berfikir kritis dan belajar menganalisa (bingung kan).
Kalo bicara Kopdar mungkin kita sering denger, nongkrong di cafe, warung, atau kesehan, ngopi bareng, makan gorengan, sama ngobrol atau rapat, yah kayak gitu deh. Tapi kalo Kopdar Guru Blogger memang terasa baru di telinga kita, apalagi saya sebagai seorang guru, yah tau sendiri kan yang namanya guru biasanya cuma di kelas ngajar, rapat dinas ngomongin kurikulum, pelatihan mengajar, pelatihan kurikulum, deelel deh yang berhubungan dengan pendidikan.
Acara kayak gini kalau menurut saya menarik banget, maklum baru pertama kali ikut. Menariknya di mana, itu tuh ngomongin blog, kalo di sekolah bingung ngomong sama siapa, paling cuma sama siswa saja. Itu juga karena setiap siswa kelas 9, pasti dapet tugas untuk ujian praktek bikin blog. Biasalah kalo guru ngasih alasan dan tujuan ke siswa, biar melatih siswa menulis dan berfikir analisis dengan pemikiran yang orisinal dari diri sendiri. Apa saja yang ditulis terserah yang penting jadi, pas ujian praktek dikumpulin alamat blognya, trus langsung saya nilai.
Mungkin ada beberapa alasan kenapa orang/guru malas menulis di blog :
1. Takut
Wah kalo takut, sama dong kayak saya. Coba bayangkan menulis itu kan harus dari pikiran sendiri, kadang kita merasa takut kalau tulisan kita itu banyak salahnya bahkan bisa membawa petaka buat yang menulis atau orang yang membacanya.Apalagi takut kalau tulisan kita cuma dibilang sampah dan jadi cibiran orang.
2. Bingung
Aduh bingung apaan yang mau ditulis, ini nih yang menjadi momok kita. Akhirnya copas adalah cara yang paling gampang, ini juga pengalaman pribadi.
3. Cuma Iseng
Kadang kita bikin blog cuma buat iseng doang, yang penting punya. Ga ada tujuan yang jelas mau ngapain di blog. Ini masih mending daripada ga punya blog.
4. Ga ada waktu
Semua orang kan dikasih jatah waktu yang sama sehari semalem 24 jam. Kadang ini yang bikin kita males dan banyak alasan buat menulis, waktu ga ada, jemuran belom kering, anak nangis, genteng bocor, cucian banyak, dll.
5. Ga hobby dan pandai menulis
Ada yang bilang kalo dia ga hobby menulis, yah sama bener kayak saya nih. Padahal hobby itu bisa jadi karena kita mau mencoba, berlatih, dan akhirnya menulis menjadi salah satu kegemaran kita.
Oke deh kembali ke Kopdar Guru Blogger, nih acara diadakan di Menara Indosat lt. 4, hati Minggu, 15 Maret 2015. Pertama kali sampai ke sini langsung registrasi dan yang penting dapet snack, namanya acara pagi hari, sarapan sekenanya langsung berangkat ke acara. Acara ini ketua pelaksananya Namin AB Sholihin, kayaknya beliau dosen juga deh.
Sebelum acara mulai biasa baca doa dan nyanyiin lagu Indonesia Raya. Pesertanya katanya 350 orang, wah banyak juga ya. 
Pak Namin ngasih sambutan, dipanggillah petinggi-petinggi guru blogger, ada Pak Wijaya Kusumah, Pak Dedi, Ibu Amiroh, Pak M. Subakri yang katanya dari Dusun di Lumajang dll....
Ini sedikit foto kegiatannya.....
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management