KITA TETAP OPTIMIS

Mungkin kita merasa bahwa hampir 2 tahun ini dunia pendidikan sepertinya mengalami stagnan dan bahkan mundur. Kita khawatir bahwa akan terjadi lost generation di kemudian hari, generasi emas yang digadang-gadang sepertinya hanya mimpi di tengah siang hari dan tidak akan terwujud. Tanpa pademi pun kita sebagai guru tahu kalau kualitas pendidikan Indonesia memang posisi/peringkat di dunia berada di peringkat bawah.

Banyak keluhan dari orang tua yang merasa jenuh harus menemani anak-anak mereka belajar dan bahkan di akhir-akhir ini sepertinya tambah sulit untuk mengontrol anak-anak mereka untuk mengikuti pelajaran. Laporan dari guru dan wali kelas mengenai tugas-tugas anak mereka yang belum dikerjakan, pola tidur anak-anak yang berubah, kecanduan games, anak yang susah diatur, dan permasalahan lainnya. Ditambah dengan banyak orang tua yang harus berjuang di pandemi ini untuk tetap bisa mencari nafkah, di tengah perekonomian yang makin turun, menyebabkan banyak orang tua yang akhirnya setengah hati untuk mendampingi anak-anak mereka belajar di rumah.

Di lain tempat ada juga orang tua yang sudah merasa nyaman anak-anaknya belajar di rumah, karena tidak perlu memikirkan setiap hari antar dan jemput anak atau bagaimana kabar anaknya di sekolah dan kekhawatiran ketika perjalanan pergi dan pulang sekolah, dan juga ternyata nilai raport yang didapat hasilnya lebih bagus dibandingkan dengan belajar normal.

Ada juga guru-guru yang juga merasa sudah enak mengajar dari rumah, karena bisa sambilan mengerjakan aktifitas yang lain, ibu-ibu guru sambil memasak, nyuci, setrika dan membersihkan rumah, bapak-bapak guru sambil menekuni hobby mereka. Kadang di waktu KBM akhirnya hanya memberikan tugas lewat whatsapp/google classroom atau lainnya, sang guru bisa jalan-jalan atau melakukan aktifitas yang lain.

Tetapi disamping itu banyak para guru dan orang tua yang masih peduli dan khawatir tentang bagaimana nasib generasi bangsa selanjutnya. Orang tua masih banyak yang semangat untuk mendampingi anak-anaknya belajar. Para guru yang terus bergerak dan tetap gigih untuk mengajar anak-anak muridnya. Kemauan para guru untuk mengupgrade kemampuan dan keterampilan di era yang membutuhkan penguasaan teknologi untuk pembelajaran saat ini.

Mungkin penguasaan teknologi guru-guru kita dibandingkan dengan negara-negara lain, baik itu negara maju maupun berkembang masih kalah, aplikasi yang kita gunakan belum banyak yang dibuat oleh anak bangsa. Sebagian besar perangkat dan aplikasi/software yang kita gunakan adalah buatan orang luar negeri. Kita membaca dan menonton bagaimana orang-orang luar sudah melakukan inovasi-inovasi yang luar biasa. Teknologi yang mengusung Artificial Intelligent (kecerdasan buatan), dunia digital dan nyata yang akan digabungkan melalui Metaverse, disrupsi di segala bidang kehidupan. Wah kayaknya makin susah kita bersaing dengan negara-negara maju di dunia.

Tetapi kita harus tetap optimis di saat ketertinggalan kita dengan negara lain, masih banyaknya guru-guru kita yang bekerja dengan ikhlas, doa-doa mereka di sehabis ibadahnya dan di malam sebelum tidurnya, orang tua yang masih peduli terhadap nasib pendidikan anaknya, Kita yakin di dalam hati pemimpin dan pemegang kekuasaan di bangsa ini juga peduli dan juga dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan berusaha untuk mengupgrade dan mengejar ketinggalan dari negara lain. Mungkin sekarang kita tertinggal, tetapi pendidikan bangsa ini harus tetap berjalan dan bisa jadi suatu saat kita yakin bisa mengejar ketinggalan kita.

Maka founder mentality dan perbaikan karakter/akhlaq, adalah hal yang utama untuk terus diperbaiki dan dipelajari bagi kita untuk mengimbangi dan mengejar ketinggalan kita. Dan kita harus optimis guru-guru kita masih mempunyai asa dan semangat untuk mengajar dan menganggap bahwa mengajar itu adalah hal yang menyenangkan. Ketika anak didik kita berhasil, bisa jadi itu merupakan kebanggaan bagi guru-guru. Jayalah Indonesia...!!!

Posted in: Pendidikan