Kamis, 16 April 2015

FILSAFAT ILMU

-CikguAgus- Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
A. Konsep dan pernyataan ilmiah
Ilmuberusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam. Untuk tujuan ini, ilmu menggunakan bukti dari eksperimen, deduksi logis serta pemikiran rasional untuk mengamati alam dan individual di dalam suatu masyarakat.
1. Empirisme
Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam.
2. Falsifiabilitas
Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu adalah konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh Karl Popper pada tahun 1919-20 dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1960-an. Prinsip dasar dari konsep ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.
  1. Pengertian Filsafat Ilmu
  1. Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001)
  • Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
  • Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
  • A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
  • Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
  • May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
  • Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
  • Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
  • Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
  • Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
  • Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)
B. Fungsi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
  • Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
  • Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
  • Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
  • Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
  • Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
C.Substansi Filsafat Ilmu
Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.
1.Fakta atau kenyataan
Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.
  • Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.
  • Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
  • Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan
  • Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif.
  • Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.
2. Kebenaran (truth)
Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
a. Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.
b.Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
c.Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
d.Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
e.Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.
f.Kebenaran struktural paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
3.Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
4.Logika inferensi
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.
Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan struktural paradigmatik moral transensden. (Ismaun,200:9)
Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.
D. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu
Ismaun (2001:1) mengungkapkan beberapa corak ragam filsafat ilmu, diantaranya:
  • Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.
  • Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide manusia.
  • Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan produk alasan praktis.
Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk alasan praktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif. Bila etik dimasukkan perlu ditambah human.manusiawi, tidak mengeksploitasi orang lain, atau lebih diekstensikan lagi menjadi tidak merusak lingkungan.
id.wikipedia/wiki/filsafat ilmu
http./aljawad.tripod.com/artikel/filsafat _ilmu.htm
www.te.ugm.ac.id






HAKIKAT KEBUDAYAAN

1.  Pendapat Para Ahli
A.  Berbagai Rumusan Kebudayaan
Mencari Jawaban atas pertanyaan: apakah hakikat kebudayaan, bukan maksudnya kita akan memasuki suatu diskusi ilmiah yang berkepanjangan untuk mencari definisi mengenai apakah kebudayaan itu.
Pakar antropologi A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn dalam makalahnya yang termahsyur  “Culture: a Critical Review of Concepts and Definitions” yang terbit pada tahun 1952 telah menganalisis dan mengklasifikasi 179 definisi mengenai kebudayaan. Tentunya kita tidak perlu menganalisis lebih lanjut mahakarya kedua pakar tersebut. Yang penting pada kita ialah tidak ada suatu definisi yang sempurna dan akan memberikan kepuasan kepada semua pakar.
Apabila disimak berbagai usaha para pakar untuk mencari jawaban  terhadap pertanyaan apakah hakikat kebudayaan itu maka dapat disimpulkan bahwa inti dari setiap kebudayaan ialah manusia. Dengan kata lain kebudayaan adalah khas insani. Hanya manusia yang berbudaya dan membudaya.
Barangkali di sinilah terletak afinitas antara pendidikan dan kebudayaan. Kedua-duanya merupakan khas insani oleh sebab itu pendidikan dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Symbol-simbol itu dapat kita lihat di dalam kebudayaan manusia. Seorang antropolog, Leslie White, menyatakan bahwa kebudayaan dilestarikan dan dikembangkan melalui symbol-simbol.
Adalah cukup menarik pendapat Beals dan Hoyer yang telah disinggung sebelumnya. Menurut kedua ahli ini kebudayaan diturunkan kepada generasi penerus lewat proses belajar melalui melihat, dan meniru tingkah laku orang lain. Namun dmeikian kebudayaan itu sendiri bukanlah tingkah laku. Yang dipelajari adalah cara bertindak (the ways of behaving).
Pada umumnya antropologi budaya mengenal relativisme budaya. Hal ini berarti bahwa perbedaan di dalam berbagai kebudayaan adalah kompleksitasnya bukan tinggi-rendah derajatnya. Setiap kebudayaan itu unik dan terus berkembang. Tidak ada suatu kebudayaan yang statis.


B.  Rumusan Edward B. Taylor
Edward B.Taylor dalam bukunya Primitive Culture yang terbit tahun 1871. Definisi Tylor mengenai budaya sebagai berikut:
“Budaya atau peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan, seni moral, hukum adat-istiadat serta kemampuan-kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. “
Keterkaitan antara proses pendidikan dan proses pembudayaan.
1. Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks. Hal ini berarti bahwa kebudayaan merupakan suatu kesatuan dan bukan jumlah dari bagian-bagian.
2.  Kebudayaan merupakan suatu prestasi kreasi manusia yang a material artinya berupa bentuk-bentuk prestasi psikologis seperti ilmu pengetahuan kepercayaan seni dan sebagainya.
3.  Kebudayaan dapat pula berbentuk fisik seperti hasil seni, terbentuknya kelompok-kelompok keluarga.
4.  Kebudayaan dapat pula berbentuk kelakuan-kelakuan yang terarah seperti hokum adat-istiadat yang berkesimbungan.
5.    Kebudayaan merupakan suatu realitas yang objektif, yang dapat dilihat.
6.    Kebudayaan diperoleh dari lingkungan.
7.    Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang soliter atau terasing tetapi yang hidup di dalam suatu masyarakat tertentu.
Rumusan Tylor juga menunjukkan tidak adanya perbedaan antara kebudayaan (culture) dan peradaban (civilization).
Apakah implikasi rumusan Tylor tentang budaya yang dapat kita petik dalam usaha kita untuk mempunyai pengertian yang lebih jelas mengenai hakikat kebudayaan? Ada tiga hal yang patut dicatat yaitu:
1.   Adanya keteraturan dalam hidup bermasyarakat.
2.   Adanya proses pemanusiaan.
3.   Di dalam proses pemanusiaan itu terdapat suatu visi tentang kehidupan.

C.  Pandangan Ki Hadjar Dewantara
Konsep Ki Hadjar Dewantara tersebut dikenal sebagai teori Trikon. Menurut Ki Hadjar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu alam dan zaman (kodrat dan masyarakat).
Rumusan tersebut mengandung beberapa hal penting yaitu : 1)Kebudayaan selalu bersifat kebangsaan (nasional) dan mewujudkan sifat atau watak kepribadian bangsa. Inilah sifat kemerdekaan kebangsaan dalam arti cultural. 2) Tiap-tiap kebudayaan menunjukkan keindahan dan tingginya adat kemanusiaan pada hidup masing-masing bangsa yang memilikinya. Keluhuran dan kehalusan hidup manusia tersebut selalu dipakainya sebagai ukuran. 3) Tiap-tiap kebudayaan sebagai buah kemengangan manusia terhadap kekuatan alam dan zaman selalu memudahkan dan melancarkan hidupnya serta memberi alat-alat baru untuk meneruskan kemajuan hidup dan memudahkan serta memajukan dan mempertinggi taraf kehidupan.
Bagaimana usaha manusia mengembangkan kebudayaan? Ki Hadjar Dewantara mengemukakan hal-hal sebagai berikut: 1) Pemeliharaan kebudayaan haruslah termaksud memajukan dan menyesuaikan kebudayaan dengan pergantian alam dan zaman. 2) Oleh karena isolasi kebudayaan akan mengalami kemunduran dan matinya hubungan kebudayaan dengan kodrat dan masyarakat. 3) Pembauran kebudayaan mengharuskan adanya hubungan dengan kebudayaan lain yang dapat mengembangkan atau memperkaya kebudayaan sendiri. 4) kemajuan kebudayaan harus berupa lanjutan langsung dari kebudayaan sendiri (kontinuitas), menuju kea rah kesatuan kebudayaan dunia (konvergensi) dan tetap terus mempunyai sifat kepribadian di dalam lingkungan kebudayaan dunia (konsentrisitas). Inilah yang dikenal sebagai teori Trikon yang terkenal itu.
Bagaimanakah pembinaan kebudayaan nasional Indonesia menurut Ki Hadjar Dewantara?Beliau mengemukakan sebagai berikut : 1) Adanya kesatuan alam dan zaman kesatuan sejarah dahulu dan sekarang maka kesatuan kebudayaan Indonesia hanyalah merupakan soal waktu dalam perwujudannya. 2) Sebagai bahan untuk membangun kebudayaan kebangsaan Indonesia diperlukan sari-sari dan puncak-puncak kebudayaan yang terdapat di seluruh daerah Indonesia untuk dijadikan sebagai modal isinya. 3) Dari luar lingkungan kebangsaan perlu diambil bahan-bahan yang dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan kita sendiri. 4) Di dalam memasukkan bahan-bahan, baik kebudayaan daerah kebudayaan asing perlu selalu diingat syarat-syarat Trikon dari perkembangan kebudayaan. 5) Dalam rangka kemerdekaan bangsa tidak cukup hanya berupa kemerdekaan politik, tetapi juga kesanggupan dan kemampuan mewujudkan kemerdekaan kebudayaan bangsa yaitu kekhususan dan kepribadian dalam segala sifat hidup dan penghidupannya di atas dasar adab kemanusiaan yang luas, luhur dan dalam.
Dewantara menyatakan bahwa memang seyogianya pendidikan akal harus dibangun setinggi-tingginya, sedalam-dalamnya dan selebar-lebarnya agar peserta didik dapat membangun perikegidupannya lahir batin sebaik-baiknya.
Dengan demikian pendidikan kita telah terisilasi dari kebudayaan sehingga menghasilkan peserta didik yang berakal tetapi belum tentu bermoral. Dengan demikian pendidikan mempunyai arti atau hakikat di dalam proses pendidikan itu sendiri sebagai proses kebudayaan dan pembudayaan. Dengan demikian antara pendidikan dan kebudayaan tidak ada garis pemisah bahkan merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi di dalam proses kemanusiaan. Koentjaraningrat merumuskan kebudayaan sebagai “ Keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya tiu.” Rumusan Koentjaraningrat mengenai hakikat kebudayaan tersebut menunjukkan dengan jelas afinitas hakikat pendidikan di dalam kebudayaan.


2.  Definisi Kebudayaan Menurut Saya :
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan manusia yang memuat hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan juga merupakan cara hidup manusia yang selalu berkembang dan dimiliki bersama oleh suah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

3.   Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
  • Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
  • Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusialainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
  • Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Selasa, 14 April 2015

ILMU PENGETAHUAN

1.        Pengertian Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan

1)        Pengertian Pengetahuan
Persoalan pengetahuan yang menekankan pada hakikat pengetahuan, dijawab oleh aliran-aliran berikut ini :
a.         Idealisme, berpendirian bahwa pengetahuan adalah suatu proses mental ataupun proses psikologisyang sifatnya subyektif. Pengetahuan merupakan gambaran subyektif tentang kenyataan.Pengetahuan tidak memberikan gambaran yang tepat tentang hakekat sesuatu yang berada di luar pikiran manusia.
b.        Empirisme, berpendirian bahwa hakekat pengetahuan adalah berupa pengalaman kusus yang diperoleh secara langsung dengan indera.
c.         Positivisme, berpendirian bahwa kepercayaan yang dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan yang faktawi. Sehingga tidak perlu memperhatikan pengalaman.
d.        Pragmatisme, tidak mempersoalkan hakikat pengetahuan melainkan apa guna pengetahuan tersebut ? Pengetahuan dipandang sebagai sarana dalam perbuatan.
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakanyang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
2)             Pengertian Ilmu Pengetahuan
Pengertian ilmu menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :
a.        Ashley Montagu menyebutkan bahwa “Science is a systemized knowledge services form observation, study, and experimentation carried on under determine the nature of principles of what being studied.” (ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam suatu system yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip hal yang sedang dipelajari).
b.        Harold H. titus mendefinisikan “Ilmu (Science) diartikan sebagai common science yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi yang teliti dan kritis).
c.         Dr. Mohammad Hatta mendefinisikan “Tiap-tiap ilmu pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, baik menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari dalam.”
d.        Drs. H. Ali As’ad dalam buku Ta’limul Muta’allim menafsirkan ilmu sebagai :“Ilmu adalah suatu sifat yang kalau dimiliki oleh seorang maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam pengertiannya”
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu.Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
a)     Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian.
b)      Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani “Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
c)      Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
d)     Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum . Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal)yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.
Perbedaan antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan adalah terletak pada konsep dari keduanya, dimana pengetahuan lebih spontan sifatnya, sedangkn ilmu pengetahuan lebih sistematis dan reflektif, sesuai dengan pengertiannya bahwa ilmu pengetahuan adalah keseluruhan system pengetahuan manusiayang telah dibakukan secara sistematis.Dengan demikian pengetahuan jauh lebih luas daripada ilmu pengetahuan karena pengetahuan mencakup segala sesuatuyang diketahui manusia tanpa perlu berarti telah dibakukan secara sistematis.
Dari definisi diatas maka dapat dikatakan Ilmu pengetahuan secara etimologi merupakan kata bentukan yang berasal dari 2 kata yaitu ilmu dan pengetahuan. Ilmu adalah suatu hasil dari proses kerja otak, sedangkan pengetahuan yang berkata dasar tahu artinya sadar/insaf dengan penambahan afiksasi pe-an ( pengetahuan) menjadi kata benda artinya kumpulan dari hasil kesadaran manusia terhadap sesuatu. Misalnya kesadaran manusia terhadap fenomena alam maka muncul Ilmu alam, kesadaran manusia terhadap fenomena sosial maka muncul ilmu sosial, kesadaran manusia terhadap fenomena kebudayaan maka muncul ilmu budaya dan lain sebagainya
2. Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan
Melanjutnya pembahasan sebelumnya mengenaipengertian  ilmu pengetahuan maka selanjutnya akan dijelaskan mengenai ciri ilmu pengetahuan.
Dalam buku  Filsafat Ilmu dikutip beberapa pendapat ahli mengenai ciri ilmu pengetahuan  atau pengetahuan ilmiah antara lain :
Menurut The Liang Gie (1987), ilmu pengetahuan dicirikan :
1)       Empiris, artinya pengetahuan diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan;
2)       Sistematis, artinya berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan yang teratur
3)       Objektif, artinya ilmu pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan dan kesukaan pribadi;
4)       Analitis, artinya pengetahuan ilmiah berusaha membeda-bedakan pokok soalnya dan peranan dari bagian-bagian itu
5)       Verifikatif, artinya dapat diperiksa kebenarannya oleh siapapun
Berdasarkan pendapat Daoed Joesoef (1987), pengertian ilmu mengacu pada tiga hal yaitu produk, proses dan masyarakat Ilmu pengetahuan sebagai produk yaitu pengetahuan yang telah diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan. Pengetahuan ilmiah dalam hal ini terbatas pada kenyataan-kenyataan yang mengandung kemungkinan untuk disepakati dan terbuka untuk diteliti, diuji, dan dibantah oleh seseorang.
Ilmu pengetahuan tidak bisa menjawab semua pertanyaan.
Ilmu memiliki keterbasan dan membatasi lingkup kajiannya pada batas pengalaman manusia. Hal ini menurut Jujun S. Suriasumantri (2003) karena fungsi ilmu itu sendiri dalam kehidupan manusia yaitu sebagai alat membantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari .
Hasil ilmiah bersifat universal.
Ilmu mengasumsikan bahwa alam semesta ini, seperti namanya, sebuah sistem tunggal yang luas di mana aturan-aturan dasar di mana-mana sama. Pengetahuan yang diperoleh dari mempelajari salah satu bagian dari alam semesta ini berlaku untuk bagian lain.
Ide-ide ilmiah atau kesimpulan dapat berubah dan bersifat tentatif.
Ilmu dapat menerima revisi (hukum-hukum, teori, prinsip, standar, dan lainnya) melalui pengujian terus menerus dan evaluasi, peer review atau replikasi. Pada prinsipnya, teori apapun dapat berubah setelah upaya pembantahan dan teori-teori baru dapat menggantikan yang lama.Hal ini menyebabkan ilmu pengetahuan dapat mengatasi masalahnya sendiri.
Sains menuntut bukti kuat
Ilmu mengandalkan diverifikasi, terukur, bukti yang sah, yaitu, data yang akurat, pada setiap tahap proses ilmiah. Bukti-bukti dapat dikumpulkan oleh pengukuran dan hanya dengan indera kita, atau ekstensi dari indera kita (instrumen).Keputusan ilmiah atau evaluasi tidak dipengaruhi oleh perasaan manusia, pengalaman masa lalu atau keyakinan.
Pengembangan ilmu dan pengetahuan ilmiah yang tidak dipengaruhi oleh faktor manusia, seperti prasangka, bias, berpikir atau berharap angan, keyakinan pribadi atau prioritas atau preferensi, kebangsaan, jenis kelamin, asal etnis, usia, keyakinan politik, moral dan penilaian estetika dan pilihan atau agama.
Ilmu dibentuk oleh logika
Kehadiran data yang akurat tidak cukup bagi kemajuan ilmu pengetahuan.Konsep-konsep ilmiah tidak muncul secara otomatis dari data atau dari jumlah analisis saja. Logika (pengetahuan) dan kreativitas diperlukan untuk membentuk mereka ke dalam hasil ilmiah.
Semua pertanyaan ilmiah harus sesuai dengan prinsip-prinsip logis penalaran-yaitu, untuk menguji validitas argumen dengan menerapkan kriteria tertentu inferensi, demonstrasi, dan rasional.
Menurut Van Melsen (1985) Beberapa ciri ilmu pengetahuan lain adalah 4 :
1)       Ilmu pengetahuan adalah logis (menggunakan formula berdasarkan logika), wajar, dan rasional.
2)       Ilmu pengetahuan tanpa pamrih, karena erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuwan.
3)       Ilmu pengetahuan bersifat universal
4)       Obyektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh obyek dan tidak didistorsi oleh prasangka-prasangka subyektif.
5)       Ilmu pengetahuanharus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang bersangkutan, karena ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6)       Progresivitas,artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah apabila mengandung pertanyaan baru dan menimbulkan problem baru lagi.
7)       Kritis,artinya tidak ada teori yang definitif, setiap teori terbuka bagi suatu peninjauan kritis yang memanfaatkan data-data baru.
8)       Ilmu pengetahuanharus dapat digunakan sebagai perwujudan keberaturan antara teori dengan praktik.

3.        Revolusi Ilmu Pengetahuan
Revolusi ilmu pengetahuan merupakan suatu revolusi yang menandakan bangkitnya kelompok intelektual bangsa Eropa mengenai cara berpikir keilmiahan. Revolusi ilmu pengetahuan adalah sebuah revolusi mengenai perubahan cara berpikir serta persepsi manusia dalam mendapatkan pengetahuan bagi dirinya. Perubahan persepsi manusia tersebut adalah perubahan dari cara berpikir yang ontologis ke cara berpikir matematis. Cara berpikir ontologis adalah warisan yang ditinggalkan bangsa Eropa ketika Abad Pertengahan diberlakukan hukum agama bagi segala-galanya, termasuk kegiatan ilmu pengetahuan.Saat Abad Renaissance manusia tidak lagi menjadi citra Tuhan, tetapi manusia juga memiliki rasio atau kesadaran manusia serta kreativitas keinginan untuk maju, memperbaiki kebudayaan manusia.Pengetahuan dilandaskan rasionalitas dan empiristis yang berkembang pesat dengan pendekatan matematis yang diterapkan dalam kajiannya.
Cara berpikir mekanistis dalam revolusi ilmu pengetahuan yangdipelopori oleh Newton menjadi semacam gaya para intelektual untuk membuatanalisis dalam penelitiannya.Pendekatan yang bersifat kausalitas yang didukungdengan percobaan atau eksperimen melalui usaha uji coba model tiruan dari objek yang sesungguhnya membuat para peneliti dapat mengembangkan penelitiannyadengan lebih sempurna.
Salah satu pemikir atau ilmuwan yang memberikan kontribusi besar dalam revolusi ilmiah adalah Thomas Samual Kuhn, seorang tokoh yang lahir diCincinnati, Ohio. Munculnya buku beliau yang berjudul ”The Structure of Scientific Revolutions” banyak mengubah persepsi orang tentang apa yangdinamakan ilmu. Jika sebagian orang mengatakan pergerakan ilmu itu linier-akumulatif, maka Thomas Kuhn mengatakan, ilmu bergerak melalui tahapan-tahapan yang akan berpuncak pada kondisi normal dan kemudian krisis karenatelah digantikan oleh ilmu atau paradigma baru.

Revolusi ilmu Pengetahuan menurut Thomas Samuel  Kuhn.
Thomas Samuel Kuhn (1922-1996) menulis panjang lebar tentang sejarahilmu pengetahuan, dan mengembangkan beberapa gagasan penting dalam filsafatilmu pengetahuan. Ia sangat terkenal karena bukunya “The Structure of ScientificRevolutions” di mana ia menyampaikan gagasan bahwa sains tidak "berkembangsecara bertahap menuju kebenaran", tapi malah mengalami revolusi periodik yangdia sebut pergeseran paradigma. Analisis Kuhn tentang sejarah ilmu pengetahuanmenunjukkan kepadanya bahwa praktik ilmu datang dalam tiga fase; yaitu:
1)        Tahap pertama, tahap pra-ilmiah, yang mengalami hanya sekali dimana tidak ada konsensus tentang teori apapun. Penjelasan fase ini umumnya ditandai oleh beberapa teori yang tidak sesuai dan tidak lengkap. Akhirnya salah satu dariteori ini "menang".
2)        Tahap kedua, Normal Science. Seorang ilmuwan yang bekerja dalam fase inimemiliki teori override (kumpulan teori) yang oleh Kuhn disebut sebagai paradigma. Dalam ilmu pengetahuan normal, tugas ilmuwan adalah rumit,memperluas, dan lebih membenarkan paradigma. Akhirnya, bagaimanapun,masalah muncul, dan teori ini diubah dalam ad hoc cara untuk mengakomodasi bukti eksperimental yang mungkin tampaknya bertentangan dengan teori asli.Akhirnya, teori penjelasan saat ini gagal untuk menjelaskan beberapa fenomena atau kelompok daripadanya, dan seseorang mengusulkan penggantian atau redefinisi dari teori ini.
3)        Tahap ketiga, pergeseran paradigma, mengantar pada periode baru ilmu pengetahuan revolusioner. Kuhn percaya bahwa semua bidang ilmiah melalui pergeseran paradigma ini berkali-kali, seperti teori-teori baru menggantikanyang lama.Sebagai contoh fenomena adanya pergeseran paradigma ini adalah tentang pendapat Copernicus bahwa bumi berputar mengelilingi matahari, sebelumnyaPtolemeus menyatakan bahwa matahari dan planet-planet lain serta bintang- bintang, berputar mengelilingi bumi.

4. Pengelompokan Ilmu Pengetahuan
              Apabila kita berbicara mengenai ilmu pengetahuan, apa yang terlintas dalam pikiran kita? Suatu mata pelajaran.Memang tidak dapat dipungkiri dari sekian banyak mata pelajaran yang kita pelajari di sekolah adalah ilmu pengetahuan.Ini berarti ilmu pengetahuan yang ada di dunia jumlahnya sangat banyak.Lantas, dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang berkembang, bagaimana kita mempelajarinya?
Para ahli telah memikirkan semua itu, sehingga dibuatlah pengelompokan ilmu pengetahuan.Secara umum ilmu pengetahuan dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Yaitu ilmu pengetahuan yang  didasarkan atas objek atau bidang kajian (M. Nata Saputra, S.H.) dan didasarkan pada tujuan pengkajiannya.
a.    Ilmu pengatahuan yang didasarkan atas objek atau bidang kajian antara lain, ilmu pengetahuan alam (natural sciences), ilmu pengetahuan sosial (social sciences), dan ilmu pengetahua budaya (humanistics study).
a)        Ilmu pengetahuan alam (natural sciences)                                   
Ilmu pengetahuan alam (natural sciences) merupakan ilmu yang mempelajari  gejala-gejala alam, baik hayati maupun nonhayati. Yang termasuk dalam  lmu ini adalah biologi,fisika, kimia, dan lain-lain.
b)        Ilmu pengetahuan sosial (social sciences)
    Ilmu pengetahuan sosial (social sciences) adalah ilmu yang mengkaji kehidupan bersama manusia dengan sesamanya seperti, antropologi, sosiologi, ekonomi, dan lain-lain.
c)        Ilmu pengetahuan budaya (humanistics study)
Ilmu pengetahuan budaya merupakan ilmu yang mempelajari manifestasi atau perwujudan spiritual dari kehidupan bersama manusia.
b.  Ilmu pengatahuan yang didasarkan pada tujuan pengkajiannya dikelompokkan  
menjadi ilmu murni (pure sciences) dan ilmu terapan (applied sciences).
a)        Ilmu murni (pure sciences)
      Ilmu murni (pure science) merupakan suatu ilmu yang bertujuan mendalami teori untuk memajukan atau memperkaya khazanah ilmu tersebut.Contoh, seseorang ingin menguji kebenaran teori konflik yang dikemukakan oleh Ralp Dahrendorf.Menurutnya (sebagaimana dikutip George Ritzer: 2003), setiap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat akan menimbulkan pertentangan yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan masyarakat. Berdasarkan teori itulah seseorang melakukan sejumlah penelitian untuk membuktikan kebenaran teori tersebut. Hasil dari penelitian itu akan menghasilkan suatu ilmu yang termasuk ilmu murni atau pure science.
b)        Ilmu terapan (applied sciences)
Ilmu terapan (applied science) merupakan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis, sehingga dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat.Misalnya, akhir-akhir ini di Indonesia disibukkan dengan bencana gempa dan gelombang tsunami yang melanda di sebagian besar wilayahnya. Mulai Aceh, Lampung, Ciamis, Cilacap, Bantul, Singaraja, bahkan Minahasa. Akibatnya, ketenangan masyarakat menjadi terganggu, rasa ketakutan menyelimuti hampir seluruh warga pesisir pantai.


Source :

  1. The Liang Gie. Dikutip dari buku Surajiyo. 2007. Filsafat ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara., p. 59
  2. Daoed Joesoef. Dikutip dari buku Surajiyo. 2007. Filsafat ilmu dan perkembangannya di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara., p. 59
  3. Jujun S. Suriasumantri. (2003). Filsafat Ilmu : sebuah pengantar populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. p : 91
  4. Fuad Ihsan (2010).Filsafat Imu. Jakarta : Rineka Cipta., p.90, 91, 114
  5. http://www.scribd.com/doc/36361553/Revolusi-Ilmu-Pengetahuan
  6. http://www.stiabinabanua.ac.id/dwn/iad%20klh%201-iv%202008.doc
 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management