Kamis, 16 April 2015

ANTARA PENDIDIKAN DAN KEMISKINAN


A.  PENDAHULUAN
Semakin seseorang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, dapat dipastikan akan berharap terjadi peningkatan taraf kesejahteraan kehidupannya. Yang menjadi kekhawatirannyaadalah Human Development Indeks sebagai salah satu tolok ukur Internasional termasuk dalam bidang pendidikan, menyebutkan bahwa Pendidikan di Indonesiamenempati posisi urutan ke-110 dari 180 negaradi dunia yang disurvey. Selain itu, berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69, dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34).
Sementara, laporan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menit ada empat anak yang putus sekolah. Banyak faktor yang mempengaruhi tingginya angka putus sekolah di Indonesia. Namun faktor paling umum yang dijumpai adalah tingginya biaya pendidikan yang membuat siswa tidak dapat melanjutkan pendidikan dasar. Data pendidikan tahun 2010 menyebutkan 1,3 juta anak usia 7-15 tahun terancam putus sekolah.
Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia, pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan  di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen), berkurang sebesar  0,54 juta orang (0,30 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 yang sebesar 29,13  juta orang (11,96 persen). Selama periode Maret 2012 - September 2012, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,14  juta orang (dari 10,65 juta orang pada Maret 2012 menjadi 10,51 juta orang pada September 2012),  sementara di daerah perdesaan berkurang 0,40 juta orang (dari 18,48 juta orang pada Maret 2012 menjadi  18,08 juta orang pada September 2012).
Jika pada akhir-akhir ini, bangsa Indonesia sedang giat-giatnya menggalakkan program di bidang pembangunan teknologi demi menyejajarkan dengan bangsa lain yang lebih maju, maka sepertinya itu harus ditunda dulu. Sebab, pendidikan adalah hal yang utama digalakkan jika ingin menyamakan diri dengan negara lain yang lebih maju. Negara-negara maju itu bukan dimulai dari kemampuan berpikir secara cepat akan tetapi modal utama dari semuanya itu adalah ilmu diikuti dengan keinginan kuat untuk maju.
Pemerintah mengalokasikan Rp 331,8 triliun untuk anggaran sektor pendidikan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2013. Jumlah tersebut selain telah memenuhi amanat konstitusi untuk mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN, merupakan peningkatan 6,7 persen dibanding anggaran yang dilokasikan tahun 2018 lalu sebesar Rp 310,8 triliun. Pemerintah mengalokasikan dana BOS sebesar Rp 23,4 triliun pada RAPBN 2013 untuk menstimulasi daerah dalam memenuhi penyediaan anggaran pendidikan di daerah.
Tetapi apakah dengan besarnya anggaran pendidikan yang sudah dikeluarkan pemerintah, dapat mengatasi masalah di bidang pendidikan di Indonesia yang makin hari ternyata semakin ruwet dan sulit diluruskan benang kusutnya. Apakah pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dapat mengatasi masalah kemiskinan yang ada?.

B.  PEMBAHASAN
Sejak lama, negeri ini selalu menggalakkan program wajib belajar. Maksud pemberian wajib belajar itu adalah untuk tujuan yang baik. Wajib belajar itu adalah pemberian pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat banyak. Pada umumnya penduduk di Indonesia adalah kalangan yang terbilang belum mampu dalam hal materi. Sehingga, pemerintah pada akhir-akhir ini selalu berusaha memberikan bantuan khusus kepada sekolah-sekolah. Bantuan itu adalah guna meningkatkan mutu kinerja tenaga pendidik dan yang terdidik.
Kemiskinan selalu jadi bayang-bayang di balik pendidikan kita. Kemiskinan menjadikan semuanya semakin kacau. Namun bagaimanapun juga, pendidikan tetap dinomorsatukan, sebab jika tak ada ilmu tidak akan kita dapati perbaikan kemiskinan. Kita akan tetap seperti posisi seperti ini di sepanjang tahun.
Dengan peningkatan mutu pendidikan secara otomatis pengangguran akan berkurang, kebodohan dapat diatasi dengan mudah. Namun bagaimanapun ceritanya, pemerintahlah yang harus memberikan tanggung jawab penuh pada masalah ini.
Melihat kemiskinan di Indonesia makin merajalela, pemerintah telah mengadakan program-program yang dapat memotivasi dan meringankan beban kaum kecil agar pendidikan dapat dijalani semua anak Indonesia. Salah satunya adalah program WAJAR (Wajib Belajar) 9 tahun. Program ini mewajibkan seluruh anak di Indonesia untuk menjalani pendidikan dari SD hingga SMP. Pemerintah melaksanakan program ini agar anak Indonesia menjadi cerdas dan dapat mengejar ketertinggalan pendidikan Indonesia di mata dunia.
Selain itu, pemerintah juga meringankan biaya pendidikan para siswa dan membantu biaya operasional sekolah yang kurang mampu dengan program BOS (Bantuan Operasinal Sekolah). Hal ini dilakukan agar siswa yang kurang mampu dapat terus menjalankan kegiatan belajarnya tanpa ada hambatan dari biaya yang dikeluarkan. Selain itu, biaya BOS juga digunakan untuk memperbaiki sarana dan prasarana sekolah agar sekolah bisa menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif, dan para siswa juga nyaman dalam belajar di sekolah.
Selain BOS, pemerintah juga menyediakan sekolah gratis yang telah dijalankan hampir di semua wilayah Indonesia. Betapa perhatiannya pemerintah terhadap pendidikan sampai-sampai sekolah pun digratiskan. Sekolah gratis ini hanya diadakan di sekolah-sekolah yang berstatus negeri dan bukan sekolah yang telah berlabel RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) di tiap daerah. Itupun tidak di setiap sekolah negeri ditunjuk menjadi sekolah gratis. Apabila kebaikan pemerintah ini dapat digunakan secara maksimal, maka akan banyak generasi muda yang bisa bersekolah dan mensukseskan program WAJAR 9 Tahun.
Untuk menjadikan pendidikan yang berhasil, janganlah menempatkan kemiskinan di balik pendidikan kita. Kemiskinan itu tidak sepatutnya ada. Tapi itulah yang harus kita buang jauh-jauh dari kehidupan kita. Sebab, kalau kemiskinan itu tidak ada, niscaya kita akan dapat menjalani kehidupan ini dengan berbagai kemudahan.
Pada intinya, pendidikan akan sejalan, seiring dengan kerja sama yang baik antara pemerintah, dan warga negara Indonesia . Semoga pendidikan di negara kita akan semakin terarah, dan tidak selalu dibayang-bayangi oleh kemiskinan, sehingga kemiskinan akan dapat kita atasi secara lambat laun. Perlahan tapi pasti.
Salah satu penyebab kemiskinan adalah karena faktor rendahnya pendidikan masyarakat. Oleh karena itu pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk SDM pembangunan yang berkualitas sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena bila anak tidak bisa melanjutkan sekolah atau drop out akan mengakibatkan tadi, sumber daya manusianya rendah dan akan kesulitan dalam mencari pekerjaan kelak dikemudian hari.
Ada sebuah teka-teki sederhana namun menarik di kemukakan antara kemiskinan dan kebodohan,mana yang menjadi sebab pertama timbulnya akibat antara keduanya ? Bila kebodohan menjadi sebab,kita bisa katakan kemiskinanlah yang akan menjadi akibat; jika kemiskinan yang menjadi sebab, kebodohan akan menjelma sebagai akibat. Teka-teki ini bukan tanpa nalar, dan bukan pula sebuah usaha menyederhanakan persoalan. Memang,ada benarnya premis bahwa kemiskinan tidak selamanya mengakibakan kebodohan, namun faktanya di negeri ini hal itu terjadi.
Banyak orang miskin yang mengalami kebodohan atau mengalami kebodohan bahkan secara sistematis. Karena itu,menjadi penting bagi kita untuk memahami bahwa kemiskinan bisa mengakibatkan kebodohan,dan kebodohan jelas identik dengan kemiskinan.

TIGA RIALITAS.
Untuk memutus rantai sebab akibat diatas, ada satu unsur kunci yaitu pendidikan. Karena pendidikan adalah sarana menghapus kebodohan sekaligus kemiskinan. Namun ironisnya, pendidikan dinegeri ini selalu terbentur oleh tiga realitas.
Pertama, Kepedulian pemerintah yang bisa dikatakan rendah terhadap pendidikan yang harus kalah dari urusan yang lebih strategis: Politik. Bahkan,pendidikan dijadikan jargon politik untuk menuju kekuasaan agar bisa menarik simpati di mata rakyat.
Dan di negeri ini, kita bisa melihat adanya pengabaian sistematis terhadap kondisi pendidikan,bahkan ada kecenderungan untuk meng-anaktirikannya,dan harus kalah dari dimensi yang lain.
Kedua, penjajahan terselubung. Di era globalisasi dan kapitalisme ini,ada sebuah penjajahan terselubung yang dilakukan negara-negara maju dari segi kapital dan politik yang telah mengoptasi berbagai dimensi kehidupan di negara-negara berkembang.
Umumnya,penjajahan ini tentuk tidak terlepas dari unsur ekonomi. Dengan hutang negara yang semakin meningkat,badan atau organisasi donor pun mengintervensi secara langsung maupun tidak terhadap kebijakan ekonomi suatu bangsa. Akibatnya, terjadilah privatisasi di segala bidang. Bahkan, pendidikan pun tidak luput dari usaha privatisasi ini.
Dari sini pendidikan semakin mahal yang tentu tidak bisa di jangkau oleh rakyat. Akhirnya, rakyat tidak bisa lagi mengenyam pendidikan tinggi dan itu berakibat menurunnya kualitas sumber daya manusia di negeri ini.
Jadi, tidak heran jika tenaga kerja kita banyak yang berada di sektor informal akibat kualitas sumber daya manusia yang rendah,dan ini salah satunya karena biaya pendidikan yang memang mahal.
Apa lagi ditengah iklim investasi global yang menuntut pemerintah memberikan kerangka hukum yang bisa melindungi pemodal dan juga buruh murah. Buruh murah ini merupakan hasil dari adanya privatisasi ( otonomi kampus ),yang membuat pendidikan tidak lagi bisa dijangkau rakyat. Akhirnya,terbentuklah link up sistem pendidikan, dimana pendidikan hanya mampu menyediakan tenaga kuli dengan kemampuan minim.
Realitas ketigaadalah kondisi masyarakat sendiri yang memang tidak bisa mengadaptasikan dirinya dengan lingkungan yang ada. Tentu hal ini tidak terlepas dari kondisi bangsa yang tengah dilanda krisis multidimensi sehingga harapan rakyat akan kehidupannya menjadi rendah. Hal ini akan berdampak pada kekurangannya respek terhadap dunia pendidikan, karena mereka lebih mementingkan urusan perut daripada sekolah. Akibatnya,kebodohan akan menghantui, dan kemiskinan pun akan mengiringi. Jadi, kemiskinan menjadi sebuah reproduksi sosial, dimana dari kemiskinan akan melahirkan generasi yang tidak terdidik akibat kurangnya pendidikan, sehingga kemudian menjadi bodoh dan kemiskinan pun kembali menjerat.

Sebab-Sebab Orang Miskin tidak Sekolah
Penyebab orang-orang miskin tidak bersekolah bisa terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internalterjadi karena keadaan ekonomi yang rendah. Apalagi bagi mereka yang ada di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan sekitarnya. Dampak dari urbanisasi dan tidak mempunyai keahlian bekerja menyebabkan kemiskinan menjadi marak dan tidak terkendali. Mereka yang melakukan urbanisasi kebanyakan berasal dari lulusan sekolah dasar saja, itupun ada yang tidak tamat atau lulus. Usaha mereka mencari uang dari hasil kerjanya hanya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Apalagi untuk biaya sekolah, mereka sudah tidak mempunyai sisa uang. Seharusnya mereka bisa mengedepankan pendidikan anak-anaknya bagaimana pun caranya. Apabila anak mereka bersekolah setidaknya hingga SMA, mereka bisa memperbaiki keadaan ekonomi sehingga kehidupannya bisa lebih sejahtera. Lebih disayangkan lagi bila mereka yang tidak bersekolah tergolong anak yang cerdas.
Selain keadaan ekonomi yang rendah, penyebab yang lain timbul dari orang tua yang tidak peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Karena kemiskinan dan tuntutan kebutuhan hidup yang serba mahal menyebabkan orang tua dari kalangan miskin menjadi egois. Mereka hanya mementingkan bagaimana caranya untuk bertahan hidup daripada memikirkan pendidikan anaknya. Orang tua miskin menganggap bahwa pendidikan dan sekolah adalah hal yang sia-sia, dan lebih baik anaknya langsung bekerja yang penting menghasilkan uang. Seperti yang dilakukan para orang tua yang anaknya disuruh mengamen di lampu merah. Anak yang seharusnya ada di sekolah pada jam-jam sekolah, nyatanya harus berkeliling diantara kendaraan-kendaraan bermotor untuk mencari uang. Lebih mirisnya lagi, orang tua anak itu hanya menunggu di pinggir jalan, sekaligus meminta setoran dari anak tersebut.
Karena orang tua tersebut mengajarkan pada anak untuk bekerja daripada belajar dan sekolah, anak itu pun menjadi ketagihan. Ketagihan disini maksudnya bahwa anak tersebut sudah terlalu bergantung dengan uang. Yang ada dalam pikiran mereka hanya bagaimana caranya untuk mendapatkan uang, karena dengan uang mereka bisa makan dan membeli apa yang mereka mau. Mereka lebih memilih untuk bekerja daripada sekolah karena sekolah itu tidak akan menghasilkan uang, justru akan menghabiskan uang yang mereka dapatkan.
Faktor eksternal datang dari biaya sekolah saat ini yang sangat mahal. Hanya untuk biaya pendaftaran saja sudah mencapai jutaan rupiah. Bagaimana dengan biaya per bulannya? Itupun belum dengan biaya untuk pembelian buku tulis dan buku panduan, LKS, seragam, alat tulis, dan lain-lain. Biaya semahal itu hanya bisa dijangkau oleh mereka yang berada dalam tingkat ekonomi menengah ke atas. Beasiswa yang diberikan oleh pihak sekolah pun seakan-akan tidak dapat menutupi kekurangan itu.

Pengorbanan Orang Miskin untuk Sekolah
Sebenarnya masih banyak orang-orang miskin yang peduli akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Sering kita melihat tayangan di televisi tentang mereka kaum kecil yang berpenghasilan pas-pasan namun bisa menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi. Perjuangan mereka patut dicontoh oleh semua orang.
Alasan anak-anak kurang mampu harus sekolah bermula dari kekecewaan orang tua terhadap masa lalunya yang kurang atau bahkan tidak mengenyam pendidikan. Orang tua mempunyai anggapan bahwa anak mereka harus bisa hidup lebih nyaman dan enak daripada sekarang. Dan jalan untuk membuat hidup lebih nyaman adalah dengan menempuh pendidikan. Karena tidak dapat dipungkiri di zaman sekarang ini, untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah susah. Untuk mendapatkan pekerjaan harus mempunyai ijazah minimal SMA. Itupun hanya menjadi cleaning service atau penjaga toko. Maka dari itu orang tua menaruh banyak harapan kepada anaknya.
Karena harapan yang begitu besar kepada anaknya, mereka rela berkorban apapun demi mencapai itu semua. Pengorbanan yang harus mereka tanggung diawali dengan hidup yang ala kadarnya. Penghasilan mereka yang begitu pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus benar-benar dipangkas untuk biaya pendidikan. Mereka rela untuk makan seadanya asalkan biaya sekolah bisa terpenuhi.
Pengorbanan yang mereka lakukan terkadang tidak mendapatkan balasan yang setimpal. Memang saat ini banyak sekolah yang lebih mengedepankan prestasi akademik siswa, tidak peduli dari kalangan mana mereka berasal. Namun masih saja ada sekolah yang mementingkan pendapatannya, sehingga anak-anak kurang mampu hanya bisa bersekolah di sekolah yang mempunyai label yang buruk dari masyarakat. Misalnya saja di sekolah yang notabene terkenal sering melakukan tawuran, atau sekolah yang terkenal karena banyak anak nalkalnya, tingkat kelulusan yang rendah, dan sebagainya. Hal ini sangat disayangkan, seandainya anak yang pintar harus bersekolah di lingkungan yang negatif seperti contoh diatas. Dampaknya, anak tidak mengembangkan kecerdasannya dengan belajar, malah justru ikut terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak baik. Karena masa-masa sebagai pelajar terutama SMP dan SMA adalah masa dimana mereka berada dalam keadaan labil, sehingga mudah terpengaruh oleh hal-hal yang dianggap negatif.
Sebenarnya banyak anak-anak cerdas di Indonesia malah berasal dari kalangan yang kurang mampu. Hal ini dikarenakan kesadarannya dalam menuntut ilmu sangat besar. Ditambah lagi mereka adalah harapan kedua orang tuanya, karena orang tua pasti menginginkan anaknya sukses dan tidak ingin anaknya menjalani hidup seperti apa yang mereka jalani. Sebagai anak, tentunya mereka juga tidak ingin mengecewakan harapan orang tuanya. Mereka burusaha untuk memenuhi keinginan orang tuanya dengan cara belajar, dan hasilnya banyak anak dari kalangan kurang mampu bisa menjadi juara di olimpiade-olimpiade yang tingkatnya bisa mencapai internasional.

C.PENUTUP
Sudah sepantasnya semua anak di Indonesia mengenyam pendidikan dari mulai tingkat SD (Sekolah Dasar) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas) tanpa terkecuali. Harus ada peningkatan kesadaran bagi mereka tentang pentingnya pendidikan. Karena ilmu yang diperoleh dari sekolah dapat membantu mareka dalam menjalani kehidupannya. Dukungan dari banyak pihak terutama keluarga sangat penting agar anak mau mengenyam pendidikan. Manfaatkanlah bantuan-bantuan yang diberikan, baik dari pemerintah ataupun dari pihak yayasan sekolah untuk meringankan biaya. Masa anak-anak harus dikembangkan pola pikirnya, tidak hanya mengenalkan uang sebagai satu-satunya hal yang dapat memberikan kepuasan. Kita sebagai generasi yang peduli akan sesama hendaknya mau membantu, tidak hanya dalam bentuk uang namun juga dapat menularkan ilmu kita kepada mereka dengan jalan mengadakan sekolah terbuka. Dengan begitu kita juga memberikan sumbangsih yang besar bagi kemajuan pendidikan di Indonesia.
Suatu bangsa yang ingin mencapai kemajuan, maka harus menganggap pendidikan sebagai salah satu dari berbagai kebutuhan vital dan itu sama halnya dengan kebutuhan akan pangan, sandang dan papan. Bahkan dalam bangsa yang kecil yaitu keluarga, pendidikan adalah kebutuhan pokok. Dalam arti bahwa, mereka akan mampu mengurangi kualitas rumah dan bahan makanannya dan mengupayakan pendidikan tinggi untuk anaknya.
Maka sebaiknya negara juga demikian halnya. Apabila suatu negara ingin cepat mendapat kemajuan dan perkembangan dalam segala aspek kehidupan, maka prioritas utama pembangunan adalah pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan adalah topik yang tidak akan pernah ada habis-habisnya, sebab siapapun, di manapun, kapanpun, bagaimanapun dan apapun yang terjadi kita harus tetap belajar. Belajar dari masalah dan mampu membaca keadaan yang terjadi, merupakan proses belajar yang akan selalu kita dapati dan lakukan di lapangan.


DAFTAR PUSTAKA

Eko Prasetyo. 2005.Orang Miskin Dilarang Sekolah. Yogyakarta:Resist Book.
http://indonesiaberkibar.org/id/fakta-pendidikan
http://www.anneahira.com/masalah-pendidikan.htm
http://velapunyablog.blogspot.com/2013/01/orang-miskin-dilarang-sekolah_3184.html

FILSAFAT ILMU

-CikguAgus- Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
A. Konsep dan pernyataan ilmiah
Ilmuberusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam. Untuk tujuan ini, ilmu menggunakan bukti dari eksperimen, deduksi logis serta pemikiran rasional untuk mengamati alam dan individual di dalam suatu masyarakat.
1. Empirisme
Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena alam.
2. Falsifiabilitas
Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu adalah konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh Karl Popper pada tahun 1919-20 dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1960-an. Prinsip dasar dari konsep ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.
  1. Pengertian Filsafat Ilmu
  1. Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang disusun oleh Ismaun (2001)
  • Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
  • Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
  • A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
  • Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
  • May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
  • Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
  • Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
  • Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
  • Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
  • Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)
B. Fungsi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
  • Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
  • Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
  • Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
  • Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
  • Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
C.Substansi Filsafat Ilmu
Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi.
1.Fakta atau kenyataan
Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.
  • Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.
  • Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
  • Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan
  • Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif.
  • Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.
2. Kebenaran (truth)
Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
a. Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.
b.Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
c.Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
d.Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
e.Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.
f.Kebenaran struktural paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
3.Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
4.Logika inferensi
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.
Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan struktural paradigmatik moral transensden. (Ismaun,200:9)
Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.
D. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu
Ismaun (2001:1) mengungkapkan beberapa corak ragam filsafat ilmu, diantaranya:
  • Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.
  • Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide manusia.
  • Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan produk alasan praktis.
Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk alasan praktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif. Bila etik dimasukkan perlu ditambah human.manusiawi, tidak mengeksploitasi orang lain, atau lebih diekstensikan lagi menjadi tidak merusak lingkungan.
id.wikipedia/wiki/filsafat ilmu
http./aljawad.tripod.com/artikel/filsafat _ilmu.htm
www.te.ugm.ac.id






 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Online Project management