Dua pasukan telah berhadap-hadapan. Pasukan Al
Haq yang dipimpin oleh Rasulullah dan pasukan Al Bathil yang dipimpin
Abu Jahal telah saling melihat dan bersiaga di Badar, hari itu.
Di malam menjelang pertempuran, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan doa yang penuh
kepasrahan, ketundukan dan kekhusyu’an. Sampai-sampai mantel beliau
terjatuh dari pundaknya. Bahkan Abu
Bakar yang turut menemani beliau berdoa sampai berkata sambil menangis:
“Cukup wahai Rasulullah, cukup wahai Rasulullah.”
Dalam doanya
itu, Rasulullah menyerahkan kelangsungan umat yang beribadah kepada
Allah ini kepada-Nya. “Ya Allah, jika pasukan ini hancur pada hari ini,
tentu Engkau tidak akan disembah lagi,” doa Rasulullah diselingi isak
tangis, “ya Allah, kecuali Engkau menghendaki untuk tidak disembah lagi
setelah hari ini.”
Pada kelompok yang bersebarangan, Abu Jahal
pun memanjatkan “doa” kepada Allah. Ia katakan “Ya Allah! Dia
(Muhammad) telah menyebabkan hubungan persaudaraan antar sesama kami
terputus, dia telah datang kepada kami dengan sesuat yang tidak kami
kenal, karenanya, hancurkanlah dia esok hari.”
Malam itu
benar-benar terjadi “perang doa”. Satu doa dipanjatkan oleh Al Amin,
seseorang yang ’azizun ‘alaihi maa anittum, hariisun ‘alaikum bil
mu’miniina ra’uufur-rahiim dan telah dinyatakan Allah sebagai orang yang
’ala khuluqin ‘adhiim. Sedangkan doa yang lain dipanjatkan oleh orang
yang menghabiskan segala potensinya untuk menghambat dan menghadang laju
dakwah.
Malam itu terjadi perang doa, antara seorang yang
tawadhu, tawakkal, khusyu’, bercita-cita mulia serta tajarud, melawan
doa orang yang congkak, bengis, arogan, riya’ dan bercita-cita kotor.
Al Qur’an dan sejarah kemudian mencatat, kemenangan berpihak kepada
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak berpihak kepada Abu
Jahal.
Al Qur’an dan sejarah kemudian mencatat, kemenangan
berpihak kepada ’ala khuluqin ‘adhiim, dan tidak berpihak kepada
penghambat laju dakwah.
Al Qur’an dan sejarah kemudian
mencatat, kemenangan berpihak kepada kelompok yang tawadhu, tawakkal,
khusyu’, bercita-cita mulia serta tajarud. Tidak berpihak kepada
orang-orang yang congkak, bengis, arogan, riya’ dan bercita-cita kotor.
Saudaraku, jika engkau mendapati hari ini tengah dan akan berlangsung
“peperangan” antara haq dan bathil, pertempuran untuk memenangkan dakwah
atas para penentangnya, berdoalah kepada Allah. Berdoalah yang khusyu’
penuh harap, diiringi tawakkal dan keyakinan bahwa kemenangan dari
Allah. Bisa jadi musuhmu juga berdoa hingga terulang perang doa. Maka
bersungguhlah dalam berdoa. Contohlah nabimu yang menangis dan
mengulang-ulang doanya. Contohlah nabimu yang tidak mempedulikan
mantelnya terjatuh dan dinginnya malam badar menusuk tulang. Sebab ia
khusyu’ dengan doanya. [Disarikan dari Rambu-rambu Amal, karya Ust
Musyaffa A. Rahim]
0 komentar :
Posting Komentar